Coba tuh contoh kompetitor utama Telkom, Indosat. Cari kata ‘indosat’ di images.google.com, dan hasilnya … dua gambar calling card Indosat punya aku di pilihan nomor satu dan dua. Sama parahnya.
Page 118 of 210
Cari kata ‘telkom’ di images.google.com, dan hasilnya … dua gambar aku di baris paling atas, pilihan nomor tiga dan empat.
Kayaknya Telkom Indonesia memang nggak berusaha agar site-nya lebih visible. Ugh, lebih invisible dan lebih untouchable itu lebih keren kali ya. Merasa menara gading, kasihan.
Pada peristiwa malapetaka kecerobohan nuklir, yaitu di Three Mile Island (duh,
pasti kita lebih ingat Chernobyl, dasar propaganda Amerika), jumlah penderita
kanker dalam tiga tahun sangat melebihi prakiraan.
Entah benar entah cuma berkelit, si kortisol dijadikan alasan. Penduduk di sekitar
diperkirakan terlalu tegang dan khawatir, sehingga kekebalan tubuh turun, dan
mudah menderita kanker, biarpun nggak kena radiasi. Gitu kata peneliti di
Three Mile Island, kalau mau percaya.
Soeharto juga, setelah jatuh dan terhina, jadi sakit melulu. Entah peran kortisol,
entar cuma berkelit.
Cerita tentang kolesterol, dan stress. Kolesterol, adalah zat esensial
buat badan kita. Zat lain juga esensial, tentu, tapi kolesterol itu
berada dalam link sentral antara triumvirat badan, pikiran, dan genome,
yang saling mengendalikan.
Kolesterol membentuk setidaknya lima hormon: progesteron, aldosteron,
kortisol, testosteron, dan oestradiol; yang bersama-sama disebut steroid.
Steroid dikenal pada seluruh organisme sebelum pemisahan antara hewan,
tumbuhan, dan jamur. Konversi dari kolesterol jadi steroid dilakukan oleh
enzim yang dibentuk dari salah satu gen di kromosom nomor 10. Kelainan
gen ini membuat manusia tidak pernah mencapai masa puber (yeah, testosteron).
Tapi kortisol lebih menarik. Kortisol digunakan di seluruh tubuh, dan
bahkan memadukan badan dengan pikiran (dengan rekonfigurasi otak). Kortisol
juga berkaitan dengan berbagai kepekaan pendengaran, penciuman, perasaan
(wow). Kalau kadar kortisol di vena meningkat, berarti kita sedang … stress!
Stress bisa dipicu oleh sebab eksternal dan internal, misalnya dikejar harimau
atau boss, atau ketakutan akan api atau berita di koran atau ujian. Stress
jangka panjang terus menerus mempertinggi kadar kortisol. Yang mengesalkan,
kortisol mempunyai efek mengurangi aktivitas, jumlah, dan daya hidup sel darah
putih, yang artinya mengurangi kekebalan tubuh. Nggak aneh kalau
orang yang selalu tegang jadi lebih mudah sakit.
Dan karena stress bisa dikendalikan dengan pikiran, artinya kortisol bisa dikendalikan
dengan pikiran. Pikirkan aja yang tegang-tegang (atau sebaliknya, lakukan relaksasi),
dan kadar kortisol kita bisa naik atau turun, dan daya tahan tubuh meningkat atau
menurun.
OK. Hari ini training SQL Server 2000 berakhir.
Google Mail: Google recently published its Web Services interface at http://www.google.com/apis (tech explanation). We’ve built an email interface to Google. Actually, the folks in Marketing built it, which says a lot about the simplicity of Web services. Just email google¤capeclear·com and put the text of your query in the “Subject” line. You’ll receive your search results via email.
Rada nggak biasa bentuk amplop di depan rumah itu. Eh, ternyata edisi pertama majalah Packet buat aku, dari Cisco :). Wah, bisa rada rame malam
ini dengan … temanya … network management.
He-he, emang aku pantesnya kerja di
network aja kali.
Dan tentang suami istri:
Seorang suami terus menerus memuji istrinya. Lama kelamaan risih juga
istrinya. Ia lalu bertanya, “Ada apa sih dengan kamu?”
“Aku cuma sangat bersyukur bisa memiliki istri seperti kamu.”
“Kita pasti masuk surga berdua,” jawab istrinya.
“Bagaimana kamu bisa yakin,” tanya suaminya.
“Orang-orang yang selalu bersyukur dan orang-orang yang selalu
bersabar akan langsung masuk ke surga. Kamu selalu bersyukur punya
istri seperti aku. Aku selalu bersabar punya suami seperti kamu.”
Daripada cerita SQL Server, mendingan cerita isi buku itu lagi. Sekarang tentang nabi palsu.
Seorang yang mengaku nabi ditangkap dan dihadapkan ke muka khalifah. Ia pun diinterogasi di depan sidang.
Khalifah bertanya, “Siapa engkau?”
Si nabi palsu menjawab, “Aku Musa ibn Imran, utusan tuhan.”
“Dan kau membawa tongkat yang bisa jadi ular?”
“Ya.”
“Coba buktikan.”
“Tongkat itu baru jadi ular di depan raja yang mengaku jadi tuhan. Apakah Anda mau mengaku jadi tuhan?”
“Tidak. Coba tunjukkan mukjizatmu yang lain.”
Si nabi palsu meminta air. Lalu ia mengambil batu dari kantongnya. Batu itu dimasukkan ke air, dan mulai larut.
Salah satu punggawa berteriak, “Itu tipuan. Coba pakai batu dari saya!”
Lalu si nabi palsu membalas, “Fir’aun yang jelas-jelas sesat saja tidak pernah berkata ke Musa: coba ulangi dengan tongkat saya.”
Khalifah mulai bosan dengan kelakuan nabi palsu. Ia bertanya lagi, “Kalau benar kamu nabi, kepada siapa kamu diutus?”
“Kepada kalian semua!”
“Kamu cuma orang gila,” kata khalifah.
“Setiap nabi diutus kepada kaum yang sesuai dengannya,” kata nabi palsu.
Sidang dibubarkan.