Category: Telkom (Page 5 of 9)

Indonesia Comsoc Chapter Meeting

Seperti diumumkan di blog satunya, IEEE Indonesia Comsoc Chapter hari ini menyelenggarakan pertemuan pertama tahun 2008. Pertemuan ini disiapkan dari jauh hari, saat Pak Ary (chapter’s chairman) menjajagi kemungkinan sebuah meeting yang formal di Bandung. Aku yakin itu tidak sulit. Fasilitas Telkom bisa digunakan kapan saja. Yang sulit mungkin mengundang anggota2. Tadinya aku berencana menggunakan ruang rapat Telkom Divre 3. Tapi aku cukup realistis bahwa kegiatan seperti ini tidak mungkin dihandel seorang diri (yang akan terjadi kalau aku teruskan di Divre 3). Jadi aku kontak Pak Jojo of Telkom RDC untuk kemungkinan menggunakan fasilitas di sana. Pak Jojo langsung setuju. Maka jadilah pertemuan dilakukan di Risti Tower, dengan akomodasi dari Telkom RDC. Telkom Divre 3 menyumbang persiapan acara dan tas ransel keren untuk souvenir. Hihi, keren beneran loh. Pesertanya suka tuh :)

Ada dua acara utama pada kegiatan hari ini. Pagi hari diisi dengan officer meeting selama 2 jam. Kami membahas kembali pengawakan organisasi, menyusun rencana pembentukan cabang siswa (student branch), sub-section yang akan dikembangkan menjadi section, dan action plan 2008. Sementara itu di anggota2 lain mulai berdatangan. Dari UI, ITT, Univ Pelita Harapan, Univ Trisakti, LIPI, Tritronik, Telkom, dll. Biarlah. Networking dulu :). Kedengerannya seru sekali :) :).

Setelah makan siang, pertemuan anggota dimulai dengan opening speech dari wakil Telkom sebagai host, yaitu Pak Wiseto dari RDC. Beliau berbagi info tentang rencana pengembangan network dan service di Telkom, termasuk yang tercakup dalam INSYNC2014 (Rencana NGN Telkom). Pak Ary, sebagai chapter chairman, kemudian membacakan dan mendiskusikan laporan tahunan Comsoc chapter. Pak Arief Hamdani, IEEE Indonesia Section chairman, melanjutkan dengan diskusi tentang fasilitas dan peluang pengembangan bagi anggota IEEE. Diskusi makin seru karena para anggota senior (Prof Dadang Gunawan, Prof John Batubara, dan banyak lagi) meramaikan diskusi dengan berbagai cara mensinergikan kegiatan anggota; termasuk internal training, knowledge sharing, professional communications, perencanaan distinguished lecture programmes yang lebih baik, dll.

Dan akhirnya pertemuan ditutup dengan pesta bakso. Hmmm. Terima kasih untuk Pak Jojo dan rekan2 RDC atas fasilitas dan penyelenggaraan acaranya yang lancar sekali. Terima kasih untuk semua anggota IEEE yang berkenan meluangkan waktu untuk hadir berbagi (mengorbankan waktunya yang amat sangat berharga bagi keluarga, bisnis, istirahat, dll — I know that).

Selesai, aku meluncur ke Bandung Centrum, ke pertemuan lain dengan komunitas lain: Batagor, tempat berhimpun blogger muda kreatif dan usil. Debe, si abege extra-creative itu mengajak sinergi komunitas untuk kegiatan tanggal 27. Hmmm, mau bergabung sama siapa? Aku langsung ingat Starbucks yang juga punya kegiatan kemanusiaan yang menarik. Trus siapa lagi ya. Flexter?

And The Winners Are …

Senin pagi itu aku berencana bersantai di RS Borromeus sambil antri kontrol diri :). Mendadak para sahabat bergantian menelepon, menyampaikan bahwa Kompetisi Blog Telkom.TV, yang sedianya akan dipurnakan minggu ini, harus diselesaikan hari ini juga. Satu2nya kemungkinan Direksi Telkom bisa menutup kegiatan dan memberikan hadiah hanya malam itu. Notebookku langsung dibuka di RS, dan proses yang sudah direncanakan langsung dijalankan. Proses apa? Sebelum hari pengumuman, kami belum ingin tahu nama pemenang. Cukup para nominee. 20 jumlahnya. Maka hari Senin itu, aku harus menghubungi para nominator satu per satu, sambil menyiapkan para juri bersidang memilih pemenang. Berhasil? Ah :).

Sementara itu aku sudah keluar dari RS, dan mulai menghubungi para nominee. Tidak mudah, tentu. Waktunya, wow, hanya beberapa jam. Yang di luar Bandung kelihatannya harus diacarai di Kandatel masing2. Tapi tetap dirank dalam sidang juri. Perlu bantuan banyak rekan, sesama blogger, dan anggota komunitas2 online, untuk saling mencari. Tapi sambil tetap cool. Yang tak mungkin lagi dikontak dengan telepon, dikirimi email. Tentu kemungkinan sampai dalam beberapa jam sangat kecil. My fault. I’m sorry. Dan sementara itu juri sudah memilih 5 besar. Hah, harusnya kan 4? Ya, tapi 5 ini outstanding dibanding lainnya, dari kriteria yang ditentukan. Aku habiskan mug besar caramel macchiato itu. Akhirnya diputuskan menambah 1 hadiah lagi.

Berikutnya, aku pindah ke posisi akhir di BEC, tempat acara dilangsungkan, dan pemenang kompetisi blog ini akan diumumkan. BEC sudah ramai. Beberapa nominee sudah hadir, dan beberapa membawa pasangan :). Dari komunitas blog, ada Aki (yang langsung harus pergi karena ada kegiatan lain), dan Rendy. Dan entah dari langit ke berapa, mendadak ada Priyadi juga. Priyadi hanya memantau sesaat, untuk kemudian moksha ke langitnya lagi :) :). Tapi sebelumnya, sempat aku saling kenalkan dengan beberapa nominee yang sudah hadir.

Oh ya, ini pemenangnya:

  1. Adham Somantrie
  2. Akhmad Deniar Perdana Kusuma
  3. Andriyansyah
  4. Mohammad Jaka Prawira
  5. Calvin Michel Sidjaja

Hadiah langsung diserahkan oleh Direktur Konsumer Telkom, didampingi EGM Telkom Divre III.

Mewakili task force yang menjalankan kegiatan ini, aku mengucapkan banyak terima kasih buat semua. Pertama, buat para peserta lomba blog, 245 orang (tidak termasuk yang blognya bermasalah, atau yang mendaftar setelah 31 Desember 2007). Kedua, buat para nominee yang menyempatkan diri hadir (terutama Mas Ali Murtado dan Mas Andreas Krisna). Ketiga, buat mereka yang membantu dalam upaya mengejar2 nominee (terutama Mas Ali lagi, juga Aa’ Adinoto). Juga rekan2 Telkom, yang bergabung dalam dewan juri, dewan pelaksana, dan dewan2 lainnya :). Lalu, komunitas online Jawa Barat (Oom Budi Rahardjo yang mewarnai pembukaan kegiatan ini September lalu, kawan Ikhlasul Amal, kawan Rendy Maulana, kawan Herry the Aki of Batagor). Dan semua yang telah direpoti, atau terepoti, dan yang menaruh perhatian pada kegiatan ini.

Update: Beberapa blog yang terlink di sini juga menulis report kegiatan ini, plus beberapa foto. Sila diklik.

Update: Yang mejeng di foto di atas (dari kiri): Bpk Dwi S Purnomo (EGM Telkom Divre III), Akhmad Deniar (2nd winner), M Jaka ‘Debe’ Prawira (4th winner), Adham Somantrie (prime winner), Bpk I NyomanG Wiryanata (Dir Kons Telkom).

Context-Awareness

Semestinya nextgen dijadikan kata sifat yang baru :). Dan artinya bukan lagi next generation yang kemudian bisa dipelesetkan à la Wally jadi sesuatu yang harus diselesaikan generasi penerus saya, tetapi sesuatu yang berkonteks dengan hal yang pervasive, ubiquitous, 3G/4G (tidak sampai 5G — perlu kata sifat baru untuk yang ini) termasuk buzzwords mobile-IP, all-IMS for multinetworks, dan context-awareness. Tuh kan, panjang. Maka itu, perlu kita buat kata sifat baru: nextgen :).

Context-awareness sendiri merupakan karakteristik yang akan jadi wajib untuk aplikasi network. Ia bisa diawali dengan LBS (location-based service). Dan diawali dari hal2 sederhana.

Pertama, waktu kita menggoogle ‘Simpang Raya’ (hey, ini ceritanya futuristik, dan Simpang Raya akan lebih ngetop daripada McD), maka kita akan memperoleh hasil yang berbeda saat kita di Puncak atau di Dago (Bandung). Tergantung sepresisi apa lokasi kita dikenali si pelacak posisi. Hasilnya seharusnya bisa berbeda di Dago sisi alumni dan Dago sisi Ganesha.

Pengenalan lokasi ini juga memungkinkan hal menarik, seperti alarm berbasis tempat (bukan waktu). Kita minta diingatkan si gadget, bahwa kalau sampai di rumah, kita harus langsung mengeluarkan cake dari kulkas. Jam berapa pun kita sampai. Contoh lain: kalau kita sampai Bandung, kita harus menelepon Mama. Atau: ingatkan kalau sampai pom bensin terdekat (pom bensin yang mana saja). You got the idea now. Tapi pengenalan lokasi juga bisa langsung mengenai beberapa gadget. Kita kan bukan bicara tentang GPS (saja), tetapi layanan mobile dengan service penuh. Alice bisa pasang alarm yang isinya: kalau ketemu Bob, ingatkan untuk mengembalikan flash drive. Saat operator mendeteksi bahwa gadget Alice pada posisi dekat dengan gadget Bob, alarm itu diraungkan :). Atau dia juga bersifat proaktif. Misalnya dia tahu bahwa Alice anggota IET. Dan di Indonesia anggota IET amat langka. Saat dia tahu Alice dekat dengan anggota IET lain, dia akan menulis pesan singkat: ‘Ssst, ada anggota IET lain dekat Anda. Tekan Nice untuk info lebih lanjut, atau WhoCares untuk meneruskan urusan gak penting Anda.’ Nah, dalam hal terakhir, si dia ini (hi, kayak Big Bro aja, panggilannya ‘dia’ atau malah ‘mereka’) sudah harus mengkonteksi lebih dari sekedar lokasi, tetapi juga karakteristik pribadi.

Context-awareness membuat sistem lebih paham kebutuhan user yang sangat beraneka. Padahal yang dilakukan hanya mereaksi data karakter pemakai dan variasi lingkungan network, lalu memicu adaptasi dinamik terhadap layanan yang ada. Karakter yang digunakan amat beragam: lokasi, service di lokasi, terminal dan featurenya, operator dan featurenya, data penting personal, data personal yang gak penting, relasi antar personal (dan tentu link ke karakter tiap personal, dan terminalnya, dan operatornya), kondisi lingkungan (politik, cuaca, kurs rupiah). Wow. Bisa bikin apa tuh? Alarm lagi? “Bunyikan alarm jika pulsa hampir habis, dan ATM bank yang terkoneksi dengan bank saya dan bisa transfer pulsa ke operator saya ada di dekat saya.” “Bunyikan alarm jika HP lowbat dan dompet tipis dan kurs dolar lagi turun dan ada teman yang rada tajir dekat2 saya.” Rumitkah? Yang jelas, ini akan menjadi salah satu yang akan membedakan 4G dengan 3G :). Penyedia layanan akan mulai harus memanfaatkan AI, dan mengelola informasi konteks. Umumnya diistilahkan sebagai Context Information Dissemination System (CIDS).

PR di bidang ini masih banyak. Di konstruksi NGN-nya sendiri, kalau sejauh ini baru IMS yang dikembangkan dan distandarkan (di layer kontrol & sinyal), maka berikutnya layer konten & aplikasi (C&A) harus diset dengan cara yang sama seriusnya. Layer C&A tidak boleh merasa aman karena terstandarkan pada layer di bawahnya, yang membuat mereka bebas tapi tetap interoperable. Context-aware services membuat layer ini harus dijaga dengan gaya persinyalan yang sehati-hati persinyalan di layer IMS.

Dan, seperti yang pernah aku tulis: Kalau di network ada quality of service (QoS), maka di service ada quality of context (QoC). Dan, sekali lagi, nextgen bukan masa depan. Dia sedang mengalir saat ini. Soal content, semua sedang membahas. Coba buka majalah berbahasa Inggris yang mana saja. Hampir pasti di halaman-halaman depan ada tulisan Content. Dan soal content saat ini sudah mulai tak lepas dari soal context. Whew, para pembangun network. Banyak mainan baru nih :).

ITS

Hari Rabu lalu, seangkatan mahasiswa ITS mengunjungi Telkom Divre III. Seperti biasa, sebagai pihak yang paling tidak sibuk di kantor, aku ditugaskan untuk memberikan knowledge sharing. Agak menyesal sih, secara aku pikir mereka akan lebih senang kalau diknowledgesharingi oleh kakak kelasnya, alumni ITS, yang masih inflasi di divisi kami ini. Aku sendiri masih menjadi anggota dari Ikatan Alumni Non-Institut :). Hey, IEEE dan IET memang institut, tapi nggak ada istilah alumnus di sana.

Mahasiswa ITS yang datang sejumlah 70an. Biar Nining (sebagai EO dan MC) yang memberikan angka pastinya. Aku ditemani Pak Epi Rivai. Atas info dari PR, knowledge sharingnya berjudul Teknologi Telekomunikasi Masa Depan. Isinya jadi NGN dan NGMN lagi. Tapi nggak sampai services. Kelamaan nanti :). Tentu dengan menceritakan langkah awal Telkom Group menuju ke sana, serta target Insynch 2016. Plus versi2 mobilenya, baik 3GPP maupun 3GPP2.

Tanya jawab aku bikin jadi format diskusi, dengan mengembalikan pertanyaan dari mahasiswa untuk dijawab mahasiswa lainnya. Jadi lebih seru :). Alhamdulillah, demam panjang dan asthma yang mengiringi dua minggu ini bisa disembunyikan sebentar. Juga kebiasaan pelupa bisa dieliminasi.

Tapi, sekarang kok malah kambuh lagi ya. Demamnya, bukan pelupanya :(

WOCN 2008

Puncak acara Konferensi Internasional Kelima atas Jaringan Komunikasi Wireless dan Optik (WOCN 2008) semakin dekat. Deadline untuk paper sudah terlampaui tanggal 15 Februari lalu. Menjelang tanggal itu, General Chairs Professor Guy Omidyar dan Technical Program Co-Chairs Associate Professor Vincent Guyot menunjuk beberapa anggota komite untuk juga menjadi reviewer.

picture-8.pngJadi akhirnya, kegiatan minggu ini ditambah dengan melakukan review. Ada 12 paper yang harus aku review, baik di sini komunikasi wireless maupun optik. Levelnya beraneka. Dari yang bisa ditamatkan kurang dari 5 menit, sampai yang harus dibawa ke mana2. Sayangnya belum bisa ditulis tema2 tulisan itu. Melanggar etika reviewer nanti :).

Konferensinya sendiri bertemakan “Next Generation Internet.” Konferensi ini akan diselenggarakan tanggal 5 hingga 7 Mei 2008 di Surabaya; bertempat di Hyatt Regency dan ITS. Co-organiser lokal adalah ITT (d/h STTTelkom) dan ITS. Kerjasama dan sponsor dengan IFIPTC6 WG6.8 (Mobile and Wireless Communications), WG6.6 (Management of Networks and Distributed Systems), WG6.10 (Photonic Networking), IEEE ComSoc Technical Committee on Information Infrastructure (TCII), IEEE ComSoc Wireless Communications Technical committee (WTC), IEEE ComSoc Asia Pacific, IEEE ComSoc Indonesian Chapter, dan IEEE Indonesian Section. Aku nggak sengaja tersangkut sebagai … yang nomor 2 dari belakang. Mudah2an bisa ikut di konferensinya.

Cit Cit Cit

Tapi pertama, seandainya seekor tupai memiliki uang, di mana dia menabung?

Cit cit cit Citibank.

Pondok kun.co.ro makin rapuh diterpa cuaca, dan aku mulai berpikir tentang perlunya pindah ke pondok baru. Malas browsing dan mengexcel, aku memilih sebuah hosting yang berposisi unik. Lalu pindah. Tapi tak semudah itu. Domain kun.co.ro sudah expired tahun 2004 lalu, dan regisrarnya tak mau mengubah setting DNS. Jadi aku langsung memperpanjang dulu s.d. 2014. Tapi, memang tak mudah. Registrar hanya menerima pembayaran dengan Paypal. Aku punya dua account Paypal. Satu dalam poundsterling, tak bisa dipindah ke rekening rupiah. Satu lagi dalam rupiah, tapi aku non-aktifkan karena aku tak menyetujui term & condition di dalamnya. Bagaimanapun, akhirnya pembayaran bisa dilakukan. DNS bisa diubah, biarpun propagasinya sampai saat ini belum tuntas. Dan sementara itu, ke mana si tupai pergi seandainya ia mau berarung jeram?

Cit cit cit cit Citarik.

Sebetulnya aku memindah pondok pada waktu yang salah: waktu aku sedang memutuskan tak banyak membuang waktu untuk blog pribadi. Selain pekerjaan kantor, dan beberapa kegiatan lain, aku cuma punya sedikit waktu senggang di bulan ini. Dan aku pakai untuk proyek pribadi yang lain, non-blog. Jadi aku memutuskan membayar hutang ke diri sendiri: menulis tentang persepsi negatifku atas Harun Yahya. Aku bersyukur, lega. Tanpa menulis ini, nuraniku terus merasa terkhianati. Tentu, aspek lain adalah bahwa dengan tulisan itu, aku hampir membunuh sohibku, Harry Sufehmi, sekali lagi. Aku pikir aku harus mengingatkan keluarganya agar kopi, makanan, dan minuman lain harus dijauhkan waktu dia sedang baca blogku. Oh, kalau tupai kebanyakan makan kenari, jadi apa dia?

Jadi buncit cit cit cit.

Dan tentang makanan, kita harus cerita tentang Batagor. Ini Bandung Kota Blogger, komunitas muda tempat blogger kota lautan api ini berhimpun. Berkenalan dengan Batagor, aku langsung kagum bahwa salah satu ide mereka adalah melakukan kegiatan darat yang tak berhubungan dengan Internet. Blogger tak cuma pintar berkata, tapi juga bekerja. Maka mereka sepakat membersihkan sampah di Lapangan Gasibu. Balik kantor, aku punya ide untuk mencari kaos2 ex-events untuk kegiatan itu. Deniar, ketua panitia acara bebersih, setuju mengambil kaos itu. Tapi sorenya, sebuah telepon masuk ke kantor. Produser acara Indigo (untuk MetroTV) ingin meliput kegiatan Komunitas IT yang punya aktivitas sosial. Aku langsung menyebut Kegiatan KLuB di PBA, dan Kegiatan Batagor bebersih Gasibu. Mereka langsung setuju. Maka jadilah acara Batagor itu direpoti urusan liputan :). Tapi sayangnya para peliput punya tugas lain, sehingga mereka menunda meliput kegiatan KLuB. Acara bebersih sendiri diiringi hujan setengah deras. Kami berkaus Flexi, menyandang ransel berisi notebook (ada acara bloggingnya juga), memunguti sampah basah di bawah hujan. Hujan, becek, nggak ada ojek (eh salah). Dan, semuanya ceria :). Dan seandainya tupai melompat ke atas mobil, apa nama mobilnya?

Cit cit cit Citroen.

Balik ke kantor (masih kedinginan), aku lihat majalah kecil Patriot: media internal Telkom. Baca dari depan apa belakang? Tengah. Dan tampaklah TELKOM.TV (taman virtual): web inovasi Divre III untuk mendukung kegiatan komunitas. Sebalik ke belakang, tampak juga TELKOM.US: blog facility buat warga Telkom. Juga disebut TELKOM.INFO sebagai blog informasi teknologi telekomunikasi. Alhamdulillah, yang lain belum ketahuan editor majalah :). Misalnya TELKOM.CC (community centre) yang masih dipark di TELKOM.TV, TELKOM.BIZ yang dipakai untuk office works, TELKOM.TK yang mau dijadikan ensi mini — companion dari TELKOM.INFO, dan TELKOM.LAH.YAW yang masih menunggu TLD bernama YAW. Tapi tentu domain ini aku kembalikan ke TELKOM kalau diminta. TELKOM.US misalnya, sudah dibicarakan dengan Mas Baskoro of Divisi Multimedia untuk dipindah dan dikelola di sana. Yang lain, setidaknya selamat dulu dari para pembajak domain. Tapi, hey, seandainya tupainya ternyata kerja di Telkom, di mana donk kantornya?

Grha Cit Cit Cit Citra Caraka.

SMKN1 Cihampelas

Hari ini aku beruntung boleh menghindar sebentar dari kantor. Dapat tugas menyampaikan knowledge sharing ke siswa siswi SMKN1 Cihampelas. Bukan, ini bukan Cihampelas yang dikenal para wisatawan pengunjung setia Kota Bandung. Cihampelas yang ini adalah salah satu wilayah di Kabupaten Bandung Barat, di dekat Batujajar. SMKN mereka masih baru. Jadi isinya baru murid kelas 1 (atau kelas 10). Jurusannya informatika, komputer, dan jaringan. Kedengerannya keren? Percayalah, isinya lebih keren lagi.

Aku selalu sama seriusnya menyiapkan materi, baik pendengarnya dosen, mahasiswa, maupun murid SMA. Judulnya Internet Service & Technology (“Maaf, pakai bahasa Inggris. Tadinya saya pikir yang datang SMKN 1 Uzbekistan“). Cerita tentang Internet dari komputer, network, ke Internet, jadi awan, lalu servicenya, masuk ke Web dan Web 2.0, lompat ke browser dan main2 dengan Google, lalu ditutup dengan beberapa produk Telkom untuk akses Internet. Salah satunya adalah Telkomnet Flexi, yang dipakai sepanjang presentasi, gara2 driver WiFi di notebookku belum beres. Alhamdulillah, Telkomnet Flexi hari ini berperformansi amat gemilang :). (Makasih ya, temen2 di backroom: FWN dll, jadi kita nggak malu).

Di awal presentasi, aku bilang: “Jangan ragu bertanya, dan menginterupsi. Jangan takut dibilang nggak sopan. Yang nggak sopan adalah kalau kita belum paham tapi diam. Itu membuang uang, waktu, dll, sia-sia: sangat nggak sopan.” Mereka menanggapi dengan memberikan pertanyaan yang … wow … menunjukkan kehebatan anak2 Abad XXI ini. Duh, mestinya SM di Telkom diganti sama mereka :). (No offense, Boss. Cuman kagum.)

Beberapa pertanyaan dari siswa siswi Kelas I ini:

Seorang siswi:Kalau setiap negara berhak memberi lisensi nama domain di bawah CCTLD. Lalu siapa yang memberi hak membuat nama CCTLD itu sendiri?
Seorang siswa:Bagaimana metode pengamanan network, baik untuk jaringan dengan kabel maupun tanda kabel?
Seorang siswi: Seberapa jauh cuaca bisa mempengaruhi kualitas akses Internet?
Seorang siswa:Apa hambatan terbesar dalam memasang saluran broadband? Misalnya, kenapa sekolah saya belum dipasangi Internet broadband?
Seorang siswi:Siapa yang memberi izin penggunaan teknologi baru di Indonesia? Satu lagi: mengapa Flexi harus menggunakan teknologi combo, sedangkan GSM bisa dibawa ke mana saja?

Pagiku hari ini tak sia2. Aku mensyukuri anugerahmu, Ya Allâh, atas waktu yang dapat kumanfaatkan dengan baik pagi ini. Dan kunikmati setiap detiknya. Makasih ya, Pak Kepala Sekolah, Pak Guru, dan siswa siswi SMKN 1 Cihampelas :). Dengan manusia semacam Anda, Indonesia akan maju ke masa depan yang gemilang.

PHB dan Non-PHB

Beberapa SM di Telkom benar2 tipikal PHB. Terutama zaman2 sebelum sekarang. Yang sekarang … ya, cuman tersesat dikit.

Zaman dulu:

SM Keuangan: Tahu nggak Pak, Kuncoro ini bisa punya domain kun dot co dot ro (kun.co.ro)
SM Performansi: Hah ?
SM Keuangan: Kalau orang lain kan domain harus dot com, atau dot co dot id. Kalau Kuncoro ini ambil dari negara mana gitu, jadi bisa bikinnya kun.co.ro
SM Performansi: Hoh ?

Bersyukurlah Telkom, bahwa SM Performansi yang itu akhirnya didepak :). Kemoronannya dia bukan dalam satu hal itu aja sih. Satu hal lagi, SM Keuangan lebih smart (jauh lebih smart) dibandingkan SM Performansi masa itu. Kalau masa kini, udah SM with brain. Tersesat dikit juga lucu, nggak menyebalkan.

Bandung: … Tapi untuk identifikasi dan customer hotspot di cafe, kita perlu pasang RADIUS khusus.
SM Marsal: Berapa harganya?
Bandung: Variasinya banyak. Perangkat RADIUS kecil bisa tiga jutaan.
Aku: Atau pakai dedicated server, plus software RADIUS, dikostumisasi menurut …
Bandung: Ya itu bisa juga. Kapasitasnya bisa besar. Kita cari saja server 20 jutaan untuk skala ini.
SM Marsal: Di Jakarta ada hotspot yang radiusnya besar, sampai hampir berapa kilo, harganya 850 ribu saja.

Mmmmm

Yang terakhir, percayalah, bukan permoronan. Itu cuman karena beliau terlalu mendalami perflexian dan bisnis mobile communications. Andai beliau tahu, bahwa selain RADIUS, ada juga DIAMETER.

Trisakti

So sesuai rencana, aku sedang berada di Universitas Trisakti (Grogol, Jakarta) hari ini. Judul acaranya IEEE Distinguished Lecture on Mobile Telecommunications and Enery Efficient Systems. Ini merupakan bagian dari Dies Natalis Universitas Trisakti. Undangan untuk acara ini diterbitkan oleh Jur Teknik Elektro, Fak Teknologi Industri. Acara dibuka oleh Ibu Ir. Docky Saraswati, MEng, dekan FTI; dan Bapak Ir Chairul G Irianto, MT, Kajur Tek Elektro pada pukul 9.00. Wuih, jadi rajin nulis gelar. Udah ah.

Seperti biasa, presentasi dalam IEEE Roadshow dimulai dengan mengenalkan kembali IEEE; oleh Mas Ary (Chairman of Indonesia Comsoc chapter). Dan berikutnya aku memaparkan tema Next Generation Mobile System, yang berisi ringkasan aspek2 dalam komunikasi mobile masa kini ke depan, baik network maupun servicenya. Di network ada quality of service (QoS), di service ada quality of context (QoC).

Hall di Gedung F-G Kampus A itu penuh sesak. Rupanya kuliah umum ini diwajibkan oleh pihak jurusan kepada Mahasiswa Elektro. Umumnya mahasiswa yang hadir dari Semester 6 ke atas: sudah cukup kritis, tetapi tetap bergaya sopan. Barangkali karena ada Kajur di antara mereka, haha. Puluhan pin IEEE yang aku bawa dari Bandung kelihatannya kurang cukup, jadi akhirnya dibagikan hanya ke penanya, panitia, dan peminat IEEE.

Acara berakhir pukul 12.00. Lalu ramah tamah di Kantor Jurusan Elektro, dan kunjungan ke Lab Telekomunikasi. Hmm, terasa sangat singkat, dan kami meluncur ke Bandung lagi. Sekitar Purwakarta, hujan deras sekali. Nyaris tak nampak apa pun di luar jendela. AWGN :p

Hukum Conway

Cukup beruntung untuk mendapati Götterdämmerung dalam format DVD, minggu lalu. Dan cukup mengacaukan jadwal hidup. Pulang kerja kadang nyaris tengah malam, dan tak langsung pindah ke alam mimpi. Malah mencicil act demi act dari bagian keempat tetralogi Der Ring Des Nibelungen ini. Musik yang masih menggetarkan itu bagian awal dari prelude, sebelum para Norn mendongeng (“Ulurkan lagi tali itu, Saudariku“); dan bagian awal Act 2, saat Hagen dihantui Alberich, bapaknya (“Tidurkah kau, Anakku?“). Biarpun Götterdämmerung adalah bagian keempat, tetapi sebenarnya Wagner merancang opera ini terlebih dahulu, lalu merancang tiga lainnya sebagai latar belakang. Pun dari Götterdämmerung saja, kita akan mendengar sari tiga opera pendahulunya diceritakan ulang. Cerita konyol, haha. Tapi telanjur adiktif sama Wagner sih. Mau jadi apa, coba?

Wotan, sang mahadewa, menghadapi suatu masalah. Dari soal delegasi kewenangan biasa, masalahnya lari ke soal ancaman atas sumberdaya kritis: sebuah cincin yang membuat pemiliknya memiliki power, namun dimuati sebuah kutukan: “Siapa yang memiliki cincin itu akan hancur. Tapi siapa yang tak memilikinya akan menginginkannya.” Wotan tak mengingini cincin itu, tetapi berkepentingan bahwa cincin itu tak dapat digunakan siapa pun. Plot dari Wotan dan para rekan dari sidang dewa terbukti hanya memindahkan ancaman dari satu titik ke titik lainnya. Buntu. Bukan, bukan Edubuntu, karena ini tak mendidik.

Lalu tak sengaja terbaca Wotan sebuah cuplikan dari buku software engineering. “Any organisation that designs a system will produce a design whose structure is a copy of the organisation’s communication structure.” Hukum Conway, namanya.

Sekilas mirip generalisasi sinis. Tetapi setidaknya kita bisa membayangkan bahwa pikiran yang memiliki kendali menyusun suatu organisasi, juga — dengan cara berpikir yang sama — memiliki kendali menyusun bentuk produk yang dihasilkan organisasi itu. Atau bisa juga kita bayangkan bahwa produk adalah anak dari organisasi, dan dengan satu atau beberapa cara akan mewarisi sifat orangtuanya. Jadi takkan salah kalau orang menilai organisasi Microsoft dari Windows dan Office-nya yang megah, berat, komplit, tapi malah bikin hang selalu. Atau menilai Telkom dari logo2 Speedy, Flexi, Homeline, 007, Ventus, dll yang tidak tidak saling memiliki hubungan batin :). Atau membayangkan birokrasi perguruan tinggi dari lulusan yang dihasilkannya. Cara kerja Google segera tampak misalnya saat kita melihat produk luar diadaptasi masuk sebagai bagian dari produk Google.

Pikiran Wotan melantur. Blog juga barangkali, pikirnya. Blog, sebagai produk personal, menunjukkan komunikasi internal sang penulis: cara berpikirnya; pun tanpa serius mengamati argumen apa yang tertulis di dalamnya. Apakah seseorang bekerja dengan komitmen atau tergantung mood. Apakah dalam menghadapi masalah, sebuah blog cenderung menyusun terobosan solusi, mencari kompromi, atau sekedar menuding tanpa solusi yang jelas, atau lebih parah lagi sekedar meramaikan? Begitulah pula barangkali platform pikiran sang blogger bekerja :).

Lepas dari lanturannya, Wotan berpikir lagi: tapi sebenarnya bisakah kita menghindar? Misalnya, tanpa kewenangan mengubah organisasi Valhalla (yang berbiaya besar dan bisa menyulut perang dewa yang lain lagi), ia ingin merancang sistem yang lebih efektif. Berkelit bisa jadi solusi, sebenarnya. Serahkan desain program ke pihak luar, untuk diadaptasi kembali. Dan hasilnya bisa unpredictable (bisa dalam arti positif maupun negatif). Memang perlu spekulasi.

Tapi lalu itu yang dilakukan Wotan. Ia turun ke bumi, menjadi Walse, dan dengan kerjasama makhluk bumi menurunkan para Walsung: Siegmund dan Sieglinde, yang berikutnya melalui metode incest menurunkan Siegfried. Sebagai derivatif Wotan, Siegfried mewarisi kekuatan kedewaan. Tetapi ia memiliki sifat baru: ketiadaan rasa takut. Hmm, jadi ingat salah satu buku Asterix. Tapi ini cerita lain. Singkat cerita, Siegfried berhasil menguasai sumberdaya yang kritis itu, tapi tanpa kehendak untuk menggunakannya (Untuk apa? Orang yang bebas rasa takut tak memerlukan apa pun.). Ia menjadi solusi yang ideal. Tetapi tetap tak sempurnya: mudah terkena konspirasi. Dan akhirnya ia harus hancur juga.

Wotan mungkin akan cuman bilang: Oops. “Software is doomed to reflect structure of the organisation that produces it.” Ya, keburukan Valhalla memang tak tampak pada personality Siegfried. Tetapi kelemahan itu cuma berubah menjadi bentuk yang lain. Tak bisa tidak, struktur memang harus diubah, untuk menghasilkan produk yang lebih baik. Tanpa berkelit.

« Older posts Newer posts »

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑