Author: koen (Page 28 of 123)

86589865

Wow, Blogger menghilangkan archive. It’s OK, data masih kelihatan di tempatnya kok. Ntar juga dibenerin.

Seandainya pun Blogger menghilangkan semua data, kan masih tersimpan di site. Kecuali, kalau kita pakai Blogspot.

Hmmm … P nomor 1: Backup. P nomor 2: Diverse.

Lima Belas Derajat

Beberapa hari abis diskusi itu, aku dapat e-mail. Isinya kira-kira kayak gini:

«Mas Koen lebih pantas jadi Nietzsche daripada jadi Foucault, soalnya Mas Koen lebih pantas menghadapi kematian sambil menertawai orang, daripada menghadapi kematian sambil ditangisi orang.»

Dunia rasanya jadi rada bergeser … sekitar 15 derajat.

86510861

Ngobrol berlarut-larut — nggak keren amat. Ganti aja namanya jadi serial diskusi bipartit multitematik. Hmm, segala akhiran dipakai: -al, -it, -ik.
Pernah terjebak dalam tema kayak gini berhari-hari, dari soal filsafat berat kayak Calvin & Hobbes (which, as you have recognised presently, are not referred to John Calvin of Geneva and Thomas Hobbes), sampai yang lucu-lucu kayak Nietzsche dan Foucault. Trus «Kok nggak pada happy ending ya. Nietzsche mati sebagai orang gila, Foucault mati kena AIDS. Aku pantesnya jadi Nietzsche apa Foucault?»

Dengan keisengan kayak gitu, diskusi ditutup.

Keluar Agama Allah

Nashruddin dikenai tuduhan. Penguasa menghukumnya dengan lima puluh cambukan. Setelah hukuman itu selesai, sang penguasa berteriak pada Nashruddin: «Sekarang pergilah dari sini, hai kafir!»

Masih kesakitan, Nashruddin menukas: «Aku bukan orang kafir. Aku hafal Al-Quran.»

«Coba tunjukkan ayat yang kau ketahui.» si penguasa memerintahkan.

Nashruddin diam, lalu berucap: «Sesuai dengan namaku, aku akan membacakan An-Nashr: Dengan nama Allâh yang Pengasih dan Penyayang. Bila telah datang pertolongan Allâh dan kemenangan, dan kamu menyaksikan manusia berbondong-bondong keluar agama Allâh, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, dan mohonlah ampunan pada-Nya. Sesungguhnya Ia Maha Penerima Taubat.»

Si penguasa semakin marah: «Kamu pengacau. Bukan keluar (yakhrujuna), tapi masuk (yadkhuluna).»

Nashruddin pun menjawab: «Teks yang asli memang demikian. Tapi sekarang mereka keluar lagi akibat kepemimpinan Anda.»

86387200

Kalau masalahnya pada soal ketidaktahuan, kenapa ketidaktahuan selalu
dipakai untuk pembelaan, bukan instrospeksi. Kenapa, misalnya orang seperti
Pramudya, yang dulu sibuk memberangus karya orang lain, lengkap dengan
pembunuhan karakter atas penulisnya, lalu mengaku tidak berdosa
karena hanya menjalankan kata hati yang mengalir bersama retorika massa,
akhirnya tetap dianggap pahlawan?

Orang bodoh, seandainya pun dianiaya secara kejam oleh orang bodoh
lainnya, tidak berarti secara otomatis kehilangan kebodohannya. Tidak mungkin.
Kehilangan kebodohan adalah soal lain, tidak pernah otomatis, dan selalu
memerlukan kegiatan untuk mengubah diri sendiri. Tapi apakah orang seperti
Pramudya pernah menunjukkan penyesalan sikap? Tidak pernah, selain selalu
dan selalu membanggakan dedikasinya sendiri. Dedikasi dalam
pengakuan kelompoknya sendiri.

Aku nggak lagi mikirin Pramudya sebenernya. Kebeneran aja nama itu
masuk mendadak. Aku lagi mikirin orang-orang yang menjalankan masyarakat
ini, masa lalu, masa kini. Orang-orang yang tidak pernah salah :).

Sekali lagi: kalau masalahnya soal ketidaktahuan, kenapa ketidaktahuan
selalu jadi pembelaan, bukan introspeksi. Kenapa bukan waktu berkuasa
kita berendah diri, mengakui bahwa kita mungkin salah, mencoba selalu
mendengarkan pendapat yang berbeda. Dan membuang semua kesombongan
dan tinggi hati?

Mungkinkah kita juga akan terjebak kesalahan yang sama?

86263595

Januari tahun ini, para astronom menyatakan bahwa semesta ini berwarna hijau kebiruan. Ini adalah hasil kombinasi dari cahaya yang berasal dari dua ratus ribu galaksi yang dapat diamati. Iseng?

Tapi keisengan belum selesai. Pada bulan Maret, mereka mengaku salah. Kesalahan
konon terjadi pada software Glazebrook yang digunakan mengkonversi spektrum
konsmik menjadi warna yang dikenali mata. Setelah dilakukan kalibrasi ulang, ternyata memang harus dilakukan koreksi. Semesta dinyatakan berwarna beige.

Sebelum kalibrasi

Setelah kalibrasi

86211452

Kenapa spam terus bertambah? Apa benar karena spamming berhasil
menghasilkan uang? Ha-ha :). Sampai saat ini, yang berhasil kaya
karena spamming hanyalah pihak-pihak yang menjual alamat email
orang lain untuk jadi korban spamming. Tapi belum pernah terdengar
kabar sebuah bisnis berhasil karena spamming. Tapi kenapa spamming
bertambah? Kelihatannya karena dunia belum kekurangan orang idiot
yang percaya bahwa sistem ini benar-benar menghasilkan uang. Selalu
ada orang yang benar-benar membeli alamat orang lain untuk pemasaran
mereka, dan bukannya mendapatkan uang tapi malah mendapatkan makian.

Anda sendiri? Belum terganggu spam? Tunggu sampai spammer membanjiri
HP Anda dengan SMS. Dan itu … tidak akan terlalu lama lagi.
Kebayang deh … HP bergetar waktu sedang shalat Jumat. Trus kita
mikir: «Siapa nih kirim SMS waktu shalat Jumat. Jangan-jangan emergency.»
Tepat sesudah salam, belum sempat dzikir, kita buka HP, dan terbacalah:
“Bukan sekedar bisnis. Bla-bla-bla. Kalau Anda betul-betul idiot,
hubungi saya. Kalau terganggu dengan SMS ini, dan Anda idiot, kirimkan
SMS ke nomor bla-bla-bla dengan pesan REMOVE”

Growing Spam

Terima kasih atas website-website yang menuliskan alamat mail kita sehingga bisa dibaca robot-robot. Terima kasih atas website penyaji layanan web gratis (e-card, mail list, people finder, community), yang memberikan layanan sekedarnya lalu menjual alamat mail kita. Terima kasih kepada teman-teman kita yang menulis mail dengan deretan To: dan Cc: yang panjang, yang akhirnya membantu menyiapkan alamat mail kita disimpan pihak yang tak bertanggung jawab. Akibat jasa-jasa mereka, kini lebih dari 30% mail yang kita terima adalah junk mail. Mail sampah.

Spam! Sampah serba ada. Dari yang menawarkan gelar kesarjanaan (Universitas Sekali Lancung Keujian), penipuan berkedok arisan (Aksara, Kesra), permintaan bantuan untuk transfer uang miliaran (Nigeria, Kamerun), software gratis (bonus trojan), atau penawaran barang/jasa bermutu rendah.

Awal tahun ini, IEEE memperkirakan pertumbuhan spam sekitar 50% per tahun. Tapi Brightmail mencatat kenaikan sebesar 350%. Postini mencatat bahwa pada bulan Oktober, 62% trafik email berisi spam — lebih banyak email berisi spam daripada yang bukan spam!

Islam Liberal


Bambang Harimurty memforward tulisan Farid Gaban ke ISNET, dan minta tanggapan. Tumben aku terus nulis tanggapan lagi. Bagian awalnya nggak beda sama yang sering aku tulis di web ini :). Bagian akhirnya kira-kira kayak gini:

Sebelum masa Utan Kayu, beberapa orang, termasuk Nurcholis Madjid, mencoba mengingatkan umat Islam untuk lepas dari kejumudan. Mereka memang tidak selalu benar. Tapi dalam sistem itu, orang selalu bisa menunjukkan di mana salahnya, lalu masyarakat bisa menilai mana
yang lebih baik. Dengan demikian masyarakat bisa diharapkan terus menerus memperbaiki pemahamannya.

Lalu JIL diproklamasikan, dengan nama-nama dan wacana-wacana yang sudah dijuduli. Yang terjadi bukan proses penilaian nilai-nilai, tapi pembentukan pagar. Ada Islam Liberal, dan jadi ada Islam Konservatif (tidak liberal, begitulah). Kalau Ulil Abshar menulis, orang tidak lagi mau merenunginya, tapi cukup menuding: Itu Islam Liberal, berbahaya. Sebaliknya, wacana Islam Konservatif pun ditolak orang-orang Liberal, dengan anggapan itu pandangan orang kaku dan buta, tidak obyektif. Jadi yang konservatif dibiarkan tetap konservatif, dan yang liberal dibiarkan tanpa koreksi. Yang ada diantara keduanya bukan lagi saling berbagi kearifan, tapi saling serang yang jorok dan tidak bermutu.

Kenapa saya memilih persatuan, bukan toleransi? Saya banyangkan toleransi adalah hidup berdampingan tanpa saling mengusik. Sekedar itu. Tapi persatuan berarti orang Liberal dan Konservatif itu harus melupakan perbedaan mereka, dan hidup sebagai satu umat, biarpun pikiran mereka tetap liberal atau konservatif (tanpa huruf besar). Tidak perlu pengelompokan
lagi, dan pelabelan diri lagi. Selanjutnya … berbagi wacana dengan sikap arif untuk saling memperbaiki diri, dan dengan demikian memperbaiki masyarakat.

Persatuan memang bukan soal ringan. Persatuan hanya bisa dibentuk kalau ego dilemahkan. Dan yang termasuk di dalam ego adalah segala nilai yang kita anggap benar tapi dianggap orang lain salah. Harus ada komitmen untuk mempertimbangkan bahwa orang lain bisa lebih benar dari kita, biarpun kita yakin sekali bahwa kita benar.

Bagaimana membentuk persatuan? Tidak mungkin. Keanekaragaman itu properti alamiah. Yang bisa dilakukan hanyalah perasaan bersatu.

«Umat Islam akan terpecah jadi 73 golongan,» sering kita dengar hadist itu disitir, «dan hanya ada satu golongan yang benar.» Kalau kita mau belajar rendah hati, akan lebih baik jika kita menganggap diri kita masuk ke salah satu dari 72 golongan yang salah itu. Dengan demikian kita terpaksa selalu berusaha memperbaiki diri sendiri, saling belajar dari kelompok-kelompok lain; alih-alih saling membiarkan atas nama melestarikan keberagaman.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑