Aku harus menamainya passion atau mission? Ah, mission di otak kiri dan passion di otak kanan aja deh :). Apa pun itu, bulan ini tahun lalu aku pindah ke Jakarta dengan alasan itu. Lalu berkenalan dengan Indigo — platform pengembangan konten digital melalui sinergi komunitas kreatif yang didukung Telkom Group.
Objectivenya adalah yang selalu kita perbincangkan di forum-forum semacam MIKTI, Fresh, dan — aku yakin — ratusan forum dan ruang kerja lain. Tetapi merumuskan objective tidak lalu membuat orang jadi bisa bergerak. Masih banyak yang memetaforakan pesimismenya dengan ayam dan telur. Hahah :) — bahkan ayam dan telur pun sudah terjelaskan oleh teori evolusi :). Jadi begitu juga kita memecahkan pesimisme mereka: dengan pola spiral. Tumbuhkan satu sisi, sambil siapkan sisi lain menangkap dan memanfaatkan untuk tumbuh, lalu pada gilirannya meluaskan sisi lain, dan kembali ke sisi pertama, dan seterusnya. Itu bisa berlalu untuk content, aplikasi, infrastruktur, dan aktivitas komunitas; atau untuk hal lain. Revenue terkonvolusi dan membesarnya spiral kita.
Dan yang menarik, mereka semua menyenangkan untuk didalami. Sebagai engineer, aku merasa di surga kalau menyelami urusan infrastruktur; atau bergelut dalam IEEE dan forum serupa. Lalu kita melinkkan infrastruktur ini dengan aplikasi dan content melalui SDP. Maka SDP pun harus mulai dikomunikasikan ke komunitas developer dan content provider. Tapi komunitas kreatif pun harus diajak bersinergi untuk menciptakan produk yang saling mendukung. Ini bukan AS yang sudah siap segalanya. Banyaknya lubang dalam pengembangan produk memerlukan sifat saling membantu dan saling mendukung di dalam komunitas. Antar sektor, antar layer :). Antar kota :). Dan jadilah aku dan rekan-rekan lain tukang jalan-jalan :). Yang menarik, tentu, adalah bahwa komunitas2 ini bekerja tidak dengan skema tunggal. Kita sedang sadar untuk tumbuh dan saling menumbuhkan.
Dengan program Indigo Telkom sendiri, kita harus sering ke kampus2 di berbagai kota. Mengenali aplikasi potensial yang sedang ditumbuhkan. Lalu mendukung, baik dengan konsultasi, atau inkubasi, atau promosi melalui kekuatan marketing Telkom Group & afiliasinya, atau dengan mengenalkan dengan komunitas lain yang bisa saling mendukung. Tapi, dari sekian banyak yang sudah mulai kita gerakkan, berapa yang bahkan belum terdengar?
Untuk melompati halangan terakhir itu, kemudian kita menyusun program Indigo Fellowship. Jadi bukan lagi kita yang harus berkeliling ke kota2 dan kampus2; tetapi kita menyilakan para pengembang (ide, kreasi, bisnis) dari seluruh Indonesia untuk memperkenalkan diri, ide, dan kreasinya. Ide2 itu kemudian kita diskusikan dengan para expert industri kreatif (yang difungsikan sebagai dewan juri) untuk menyusun rencana pengembangan yang realistik.
Bukan berarti Indigo Fellowship membuat aku berhenti dari kewajiban jalan-jalan. Justru aku dan rekan2 masih harus berkeliling mempublikasikan program Indigo ini :). Huh, berisik :). Dan jalan2 ini bukan seperti tenaga marketing. Kita masih bertemu komunitas2, para mahasiswa, dan media; tempat kita bukan saja harus bercerita mengenai program kita, tetapi juga menerima masukan2 yang berharga, yang membuat kita juga bisa terus belajar.
BTW, jalan2 terakhir adalah pertengahan minggu lalu, ke UGM di Yogya. Acaranya berupa talk show di Swaragama, dilanjutkan mini seminar di University Club. Minggu depan ke …
Ke Bali kan? Kopdar yuks! :)
Yuk! Sanur jauh nggak?
ngeliat n belajar ttg indigo memang asyik bgt…
More than we used to imagine :D