Baiklah, media dan penguasa negeri mempercayainya sebagai pakar. Dia memang sempat berada di dunia akademis. Tapi gaya pseudosciencenyalah yang memikat media dan kemudian penguasa untuk merekrutnya. Dan jadilah Trofim Lysenko penasihat Partai Komunis bidang sains di Russia zaman Stalin, dengan jabatan ketua Lenin All-Union Institute of Agricultural Sciences, bahkan akhirnya juga Akademi Sains Russia.
Suasana Russia zaman itu memang tak secerah negeri kita masa kini. Kaum buruh tani yang baru memberontak mengisi partai dan parlemen; dengan semangat tinggi tapi ilmu belum mulai terisi. Rakyat berkuasa, tak apa. Sayangnya beberapa charlatan memanfaatkan situasi ini, termasuk Lysenko. Kegiatan Lysenko dimulai dengan memamerkan hasil-hasil riset pertaniannya yang ajaib, yang memukau media. Riset Lysenko tak pernah dapat diaplikasikan, dan bahkan tak dapat diulangi. Tapi ia menutupinya dengan riset baru yang tak kalah memukau. Para pemuka partai mulai mendengar dan tertarik. Maka ia ditarik menjadi salah satu elit partai. Langkah berikut dari charlatan kita adalah mengagitasi partai dan parlemen, memanfaatkan kedekatannya dengan Stalin, untuk melakukan pembersihan. Tentu ia bukan manusia dungu yang langsung menembak nama orang. Saat negara dalam semangat kolektivisme, ia menyabdakan bahwa ilmu yang seharusnya ada di masyarakat adalah ilmu terapan. Petani otodidak, menemukan cara memanen yang lebih banyak, itulah pahlawan. Lalu ia menerbitkan formula menarik. Menurut formula Lysenko, akademisi = borjuis = fasis. Dan yang difavoriti untuk ditembak adalah biologi, khususnya genetika, dan agriculture. Genetika, bidang yang baru mulai tumbuh di Eropa itu dianggap sebagai bidang ilmu yang tak sesuai dengan filsafat materialisme dialektika yang dianut rakyat marxis Russia. Sensor keras diberlakukan terhadap hal yang berbau genetika, evolusi (Darwinian), dll. Para ilmuwan, bahkan yang mengharumkan nama negeri, dijatuhkan, dibiarkan mati kelaparan di kamp kerja paksa. Contohnya adalah Nikolai Vavikov. Sementara itu, pertanian kacau, rakyat lapar. Tapi media bungkam. Stalinisme memuncak. Jutaan pembangkang mati. Sisanya menghadapi Perang Dunia II.
Bertahun setelah PD II, Lysenko makin galak. Orang yang skeptik terhadap pendapat Lysenko bisa ditangkap. Kemudian Stalin jatuh, Khrushchev naik. Terjadi destalinisasi, tapi tidak delysenkoisasi. Charlatan ini terlalu licin dan pandai menjilat orang yang tepat pada waktu yang tepat. Pada masa seolah pencerahan ini, rekayasa genetika masih kelam diharamkan. Seorang akademisi sains Russia, yang mencoba memaparkan penggunaan rekayasa genetika untuk memproduksi jagung yang lebih baik; ditodong Khruchshev dengan setongkol jagung, dan semprotan “Apa yang salah dengan jagung milik Rakyat ini?” Tentu tidak ada yang salah dengan rakyat. Tapi retorika macam itu justru membunuh rakyat. Saat Eropa bangkit, masih bisa terjadi kelaparan massal di Russia dan satelitnya. Baru setelah Khrushchev pun tumbang, Lysenko ikut dimakzulkan. Tak dihukum, tetapi menghabiskan masa tua dalam keterasingan akademis: tak ada yang mau berhubungan dengannya. Dan sementara itu, Russia jadi negara terbelakang dalam ilmu biologi dan rekayasa genetika; jauh di belakang tetangganya di Eropa; walau ia maju cukup pesat di bidang seperti matematika, fisika, dll. Fisikawan nuklir Russia, Andrei Sakharov, mendakwa Lysenko di Akademi Sains: “He is responsible for the shameful backwardness of Soviet biology and of genetics in particular, for the dissemination of pseudo-scientific views, for adventurism, for the degradation of learning, and for the defamation, firing, arrest, even death, of many genuine scientists.”
Beruntung kita; tak pernah mengalami masa kelam yang menghancurkan negeri seperti itu. Beruntung; progress rekan-rekan muda kita dalam mengembangkan teknologi informatika (yang menjadi booming dunia hari-hari ini) mendapat dukungan penuh dari penguasa negeri ini. Beruntung; para charlatan tak pernah mendapat porsi apa pun di negeri cerdas kita ini.
Tuw maseh ada charlattan di negeri “cerdas” ini. Tapi jadi pelawak,, hueheuhueheuhue.
Ya ya ya…negeri cerdas…saking cerdasnya sampe gw kmaren ngantri minyak tanah…seliter 5000 perak, beli ga boleh lebih dari 2 liter…
Sounds familiar… Cuma di negara ini si charlatan mainnya di bidang Teknologi Informasi. Movementnya mirip banget… terutama yang ‘menjatuhkan’ pihak-pihak yang membahayakan posisinya.
Jangan2, dia belajar dari Lysenko ya? Hehehe, tapi kalau dibiarin si Charlatan Indonesia ini bisa jadi naik ke posisinya Lysenko loh. Kalau sampai kejadian… pindah negara ah hehehe.
Bedanya, charlatan yang di rusia sana tidak cukup dungu untuk langsung menembak nama orang yang ingin dibencinya :)
Nice one, sir!
@All: Ya, masalahnya tentu bukan si charlatan. Dia tak bisa mengubah diri sendiri. Tapi kita perlu menimbang akal sehat media dan pemegang kekuasaan yang mau2nya dikelabui si charlatan. Tapi, itu kan Russia masa lalu — media, partai, penguasa memang masih bodoh. Kalau nggak, mana bisa Partai Komunis berjaya?
mungkin begitu kalau sebuah negara dilandasi propaganda dan bukannya ilmu pengetahuan….kamu mendapati terlalu banyak keputusan politis
begitulah, potret rusia …apakah begitu jg nuansa UU ITE ?
analogi yg sekaligus sangat mencerahkan dari kamerad nukov hehehe *menjura*
@koen, priviyat. rossiya itu bukannya masuk eropa timur ya. oh iya (sori ta’ jawab sendiri) itu ada _di_ sebelum kata Eropa.
da
// lidah keplintir2x ya karo wong2 eropa timur kuwi
Aku koq jadi teringat Charlatan lain dari negeri Turki yah? ;)
Hehehe.. kok aku inget oy uyo yak? :D
Baca post ini rasanya kok dejavu ya?
membaca tiga kalimat pertama, saya pikir lagi ngomongin Om Roy Suryo.. :)
@All: Oy Uyo, Roy Suryo, siapa sih? UU ITE, apa sih? Duh, ra’ mudheng aku. Aku lagi bikin serial cerita2 ilmuwan Russia kok, berseri di https://kun.co.ro dan http://http.koen.cz. Gamow, Tamm, Bronstein, Landau, dari yang ok sampai yang bohongan, dan mau nggak mau membahas yang satu ini: Lysenko. Ya, kalau kena deja vu, siapa yang bisa mengontrol. Kalau ada kesamaan sama orang Turki atau negara lain, hmm, memang sejarah suka mengulang diri :). Mudah2an kebodohan media dan penguasa tak mengulang diri.
Aku koq jadi teringat Charlatan lain dari negeri Turki yah? ;)
.
LOL :)
.
Kesimpulannya, pseudoscience memang lebih menarik bagi massa, atau karena cara pengemasannya yang bagus ?
.
mencerahkan sekaligus menohok. terimalah salam hormat dari saya …….
tapi kok sama sama ya? dirussia lik snko diendonesia jadi lik sryo hiks…kalau dimirip²in emang jadi beda
@Harry: Tidakkah memang sifat manusia untuk terburu2 dan tidak sabar? Ogah riset panjang, minta hasil instan. Ogah belajar panjang, minta kesimpulan yang manis. Dengering Vavilov, pusing; dengerin Lysenko, optimis instan. Memperdalam evolusi + DNA + game theory = super pusing; baca Adnan Oktar, wow, semanis madu. Dengerin Harry, bukan super pusing lagi; dengerin …. (masukkan nama pseudo-IT-expert di sini, kebetulan saya nggak ada yang kenal), langsung paham, padahal dibohongi. So, apakah musuh kita itu budaya instan? Atau budaya tidak sabar? Atau budaya malas belajar? Atau kitsch?
Good writing kamerad Kuncorov!
lha sudah kejadian kok, kita sudah masuk jadi negara bagian turki. youtube sudah kena blok. welcome mr. charlatan!
salam mas kun
Jika memang di negeri ini adad orang seperti, Lysenko ini apa tindakan kita?
yang ada bukan charlatan tapi charsetan, atau tepaynya roy churyotan :D
Poin menarik:
Mirip tulisan saya tentang strategi seorang charlatan.
Mas, kenapa tidak menulis secara terbuka saja? Kalau memang mau menulis tentang RS atau HY, tidak perlu menggunakan pengandaian para ilmuwan itu. Nanti malah jadi GR si RS nya.
pejabat kita jaman sekarang kayanya sangat rentan terhadap Mr. Charlatan ini. contohnya udah banyak: nutrisi saputra, blue energy dan tentunya si roti susur ini.
Oke, karena saya super pusing tidak paham maksud dari kamerad Kuncoro :D mm, kesimpulannya…. mari kita dukung mbak Yessi ?
.
Oh ya, alamat email kamerad di ABN sudah saya belokkan sesuai request *OOT* :)
@All: Aku nggak becanda waktu bilang ini bukan tentang RS. Point dari Priyadi itu yang kumaksud. Jangan fokus pada satu dua charlatan yang kebetulan mirip cerita di atas; karena kapan pun, akan ada lagi charlatan yang kisah2nya mirip itu lagi :). Waspada saja, terutama pihak yang mempengaruhi hajat dan opini orang banyak, dari pengelabuan charlatan segala bidang ilmu.
>Baiklah, media dan penguasa negeri mempercayainya sebagai pakar. Dia memang sempat berada di dunia akademis.
Saya nggak ngerti sama sekali kenapa berada di kalangan akademis begitu terpandang di Negeri ini? Emang terasa sekali begitu “ganti branding” maka tanggapan pun berubah. Kalau omongan hal2 subyektif, biasanya dipandang remeh, begitu agak akademis, dipandang “lebih.”
Sometimes it’s just a matter of branding and positioning toh?
Sedemikian mudahkah Negeri ini terpengaruh branding/positioning seseorang? Ini misteri menarik. Dan buat saya ini agak “culture shock,” makanya kadang2 ke luar tuh “norak”nya. :D
Oh btw, Koen, you are so smart!! :)
@Jen: OK, yang itu bahan tulisan lain hari. Tapi konteks paragraf pertama adalah naiknya seorang charlatan menjadi Penasihat Bidang Sains, hingga ketua Akademi Sains. Umumnya posisi2 seperti ini memang mensyaratkan latar belakang akademis, dan terbiasa dengan riset ilmiah. Ah bukan, riset scientific.
So, tidak perlu dibawa ke konteks lain dalam budaya kita masa lalu. Masa kini, soal2 keakademisan itu udah nggak terlalu bunyi di masyarakat.
Percayalah, kita pun suka menertawai kaum akademisi kampus. Saat gelar kebangsawanan dilupakan, dan baju2 kebangsawanan dicampakkan, eh malah kaum akademisi berlomba menjajar gelar dan pakai baju toga dengan pernak pernik warna warni. Lucu :).
baru tau gw kalo maksud dari tulisan ini buat si roy*****.. heuhuehue…
smart article!! :D
qeqeqeqe ..
Mirip ma orang jogja itu yach mas …..
@Phreak: Punten yah, diedit. Sejelek apa pun, sebaiknya dia tidak dimaki semacam itu.
Hmm…Koen ini juga cukup pintar untuk tidak menembak nama seseorang bukan…?
oo buat si anu toh…
*mencoba utk pintar dgn tidak menembak nama seseorang*
1 charlatan aja seperti yang dikisahkan dah bikin heboh. Gimana kalo muncul lagi muncul lagi charlatan yang lain? Ya, semoga kita bisa selalu waspada.
mungkin karena keilmuan biologinya terkekang terjadi koheren keilmuan, semua orang belajar matematika dan teknik; sehingga tercapai kemajuan seperti saat ini; btw Rusia unggul di matematika dan teknik gak sih ?
Greetings I am so excited I found your website, I really found you by accident, while I was searching on Bing for something else, Nonetheless I am here now and would just like to say thanks for a marvelous post and a all round enjoyable blog (I also love the theme/design), I don’t have time to go through it all at the minute but I have book-marked it and also included your RSS feeds, so when I have time I will be back to read much more, Please do keep up the awesome work.