Blog Readability

Aang: “Loh, Koen, kamu di mana?” (via telepon –red)
Koen: “Masih di kantor. Kenapa?”
Aang: “Di kantor kamu kok bisa ada kata ekstrapolasi?”
Koen: “Hush, nguping. Ada kata asimptotik malahan, barusan.”

Komunikasi memang tidak diharuskan bersifat general. Ia hanya perlu menimbang diskursus (yang dalam terminologi Foucault lebih mirip OS atau platform dalam sistem pikiran individu maupun kelompok) para komunikan. Komunikasi, dengan demikian, hanya memiliki arti yang spesifik bagi komunikan yang terlibat, dan tidak bagi pihak lain. Masalahnya, kalau kita menulis blog, kita suka lupa siapa yang jadi tujuan tulisan. Kadang, konyolnya, kita menulis seperti menulis buat diri sendiri. Bahasa yang kita tulis adalah bahasa yang kita pahami, bukan yang dipahami 68% rakyat Indonesia. Dosa ini lebih khusus menimpa profesional IT, yang memang duluan mengenal blog, tapi akhirnya tidak lebih baik mensikapi komunikasi melalui blog. Syukurlah pada generasi2 berikutnya, blogosphere (ranah blog) banyak juga diisi penulis2 beneran, dari berbagai bidang ilmu.

Oh, di Criticsrant ada semacam tool untuk menguji keterbacaan blog kita menurut tingkat pendidikan pembaca. Blog kun.co.ro ini misalnya, memperoleh score:

Postgrad

Ada yang salah. Pasti :). Ini kan blog berbahasa Indonesia. Tapi kita coba blog Network yang berbahasa Inggris. Ini hasilnya:

Genius

Apparently, ada kegagalan berkomunikasi; secara blog itu tidak ditujukan untuk para jenius, tetapi untuk rakyat biasa yang memperhatikan perkembangan network engineering. Atau kita coba koen.telkom.us (en anglais).

High School

OK, yang ini lebih mendekati segmen pembaca Indonesia :).

Trus ingat kritik Imam Prasodjo minggu lalu, bahwa orang Indonesia amat buruk kemampuan berbahasa Inggrisnya. Beda misalnya dengan di Thailand, yang sehari2 juga warganya jarang berbahasa Inggris, tetapi kemampuan bahasa Inggrisnya sangat baik. Faisal Motik menanggapi bahwa memang kemampuan bahasa Inggris orang Indonesia itu hanya untuk special purpose.  Fisikawan Indonesia bisa berpresentasi amat baik tentang fisika, dalam bahasa Inggris, plus berdiskusi secara mendalam; tapi bahasa Inggrisnya mendadak kacau kalau membahas politik atau sekedar berbelanja.

Ssst, tapi … blog Anda dileveli apa?

Categories: Web

15 Replies to “Blog Readability”

  1. Myscienceblogs.com/astronomy – satu2nya blog English yg aku tulis – bertengger di level College (postgrad). Semua blog pribadi berbahasa Indonesia berada di level genius. Itu artinya … ?

  2. Aku nggak ikutan, karena standard penilaiannya terlalu tinggi untuk blogku yang demikian konyolnya sengaja ditulis bagi diri sendiri ;) Tapi kalau boleh request sih, aku maunya blogku dileveli idiot. Artinya kira2 cuma idiot yang bakal ngerti dan layak menilai blogku ngomongin apa.

  3. sayangnya Criticsrant tidak menyertakan penjelasan tentang makna dari masing-masing kategori tsb, sehingga akhirnya membuat kita membuat penafsiran sendiri atas result yang didapat.
    Penafsiranku (secara awam), adalah:
    – highschool – butuh kecerdasan yang sedang-sedang aja untuk memahaminya (sebagaimana kemampuannya sebagian besar penduduk blogosphere)
    – college – perlu sedikit berpikir untuk memahami tulisan-tulisannya, membaca sambil mengernyitkan dahi itu ciri-ciri baca blog di level ini (seperti baca blog ini, kudu baca minimal 2 kali baru bisa ngarti :) )
    – genius – blog-nya sedemikian njlimet, sehingga cuma orang-orang genius aja yang bisa langsung ngerti; kadang tulisannya suka salah dipersepsi orang (saking njlimet-nya), kadang bikin konfrontasi juga, pokoknya campur2… too complicated to understand :lol: (secara blog-ku juga di level ini :P )

  4. Mine is labeled to have a “junior high” readability.
    I’m cool with it, as it doesn’t have any geeky words

    It’s good to know you and your blog. I was googling for a word and bumped into yours. Should you have time, please drop by at my lot.

  5. Ya, deh. Kirain pundung dah musim lagi.
    What level of education is required to understand your blog? Masukin blog.indocisc.com/iffata, College (postgrad) katanya.

    Tapi, tentu, aku mencoba memasukkan juga domainku yang belum ada hostingnya itu ke sana. Eeh dikasih junior high school ama dia, sodara2 :D Jadi, teuteup, daku tak mengerti: Dapet nemu dari mana ntu level nyak?

  6. @Ati: Haha, kreatif, kreatif :D
    @Nugrahadi: Berarti bahasa Inggrisnya dimengerti mesin donk :)
    @Diki: Abegeh lah, banyakan kartunnya :p
    @Dhani: Artinya orang Indonesia itu jenius
    @Nita: Kalau yang menganalisis Nita mah, aku tinggal percaya aja :)
    @Payjo: Aku pikir malah iklan terang2an
    @Ardita: I will
    @Iffata: Mulai kapan pindah daripada blog?

  7. Sepertinya penentuan level sebuah blog it berdasarkan karakteristik berapa banyak kata-kata yang dituliskan dalam satu kalimat, dan jumlah kata-kata serta kalimat dalam satu paragraf.

    Kalimat-kalimat pendek atau sedikit dalam sebuah paragraf dianggap sebagai level yang mudah dimengerti. Makin banyak dan panjang kalimat yang dituliskan, makin “rumit” bacaannya. Run-on sentences and lots of ponderings work for this level. ;-)

    Belum pernah saya temukan sebuah aplikasi yang bisa menganalisa artikel2 atau tulisan2 berdasarkan konteks tulisan tersebut. Barangkali bisa digunakan kamus kata-kata rumit. Tapi, seperti yang disiratkan oleh @Ati, mereka sepertinya tidak punya kamus kata rumit untuk bahasa Indonesia.

    Oh ya, saya punya levelnya High School. heh heh…

  8. Yap, saya sependapat dengan mbak Ranti, dan saat ini saya masuk kategori Collage. Mungkin ntar coba bikin tulisan agak panjangan, siapa tau kategorinya berubah jadi Genius :D

  9. yang baca para bhawikarsu…. terang aja para jenius :).
    anda bhawikarsu a berapa pak koen?

Leave a Reply to iffata Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.