Andrew Tanenbaum mengumumkan diluncurkannya Minix 3. Huh, Minix masih ada? Seriously, di luar dunia pendidikan, apa yang terjadi pada Minix?

Aku sendiri cuman pernah pakai Minix untuk iseng2 mainan OS yang mirip Unix sambil hanya punya akses ke PC. Dan nggak lama, terdengar ada OS yang konon semacam Minix juga, namanya Linux. Aku nggak berminat. Namanya juga bukan pakar komputer :), mikirnya: cuman buat main2 aja, Minix cukup deh. Dan waktu akhirnya Linux mencapai skala marketing global, Minix kayaknya masih di level main2 aja :).

Linus sendiri konon terinspirasi Tanenbaum. Dan tentu terinspirasi dalam dunia computer science bukanlah menjadi acolyte. Justru yang selalu terjadi adalah sebaliknya. Maka terjadi debat panjang tentang strategi penyusunan kernel antara Tanenbaum dan Linus (microkernel vs monolithic kernel). Tanenbaum sendiri menyebut bahwa untung saja Linus bukan muridnya — kalau iya dia nggak akan dapat nilai bagus.

Kembali ke Minix. OS ini masih bisa dibuat kecil. Kurang dari 4000 baris kode untuk kernelnya (bandingkan dengan Linux yang sudah mencapai 2,5 juta baris). Kalau versi 1 dan 2 dipakai untuk pengajaran, Minix 3 dicitacitakan sebagai OS serius untuk komputer dengan sumberdaya terbatas namun tetap dengan keandalan tinggi. Sitenya memberikan contoh target: aplikasi yang memerlukan keandalan tinggi; laptop seharga kurang dari $100 untuk anak2 di dunia ketiga; embedded system (kamera, HP), dll. Fitur yang ada di Minix 3: POSIX compliant, networking dengan TCP/IP, dua kompiler ANSI C (ACK and gcc), 300an program Unix, kemampuan multiuser dan multiprogramming, dukungan memori hingga 4GB, kemampuan menjalankan device drivers sebagai user process, dll.

Maskot Minix 3 adalah seekor raccoon; dipilih karena sifatnya yang kecil, lincah, keren, cerdik, dan … eat bugs.