Nama Catatan Lepas enaknya didefinisikan secara fisika juga, jadi “catatan yang nggak menarik dan juga nggak mendorong.”
Tapi kenapa sih catatan ini harus ada? Apa emang manusia punya fitrah untuk menulis? Kenapa kita justru menginvestasikan waktu untuk membuat tulisan carut marut di sini, bukannya menghabiskan waktu untuk ke luar ruang dan belajar dari semesta? Pilihan yang menarik :), kalau kita lagi punya kesempatan buat ke luar, haha :). OK, sementara kita cuma bisa berada di sini, ya udah … ini lah yang kita lakukan.
Tulisan yang berikut ini bukan berasal dari komunikasi.org, biarpun sekarang bisa dilihat di sana. Pertama kali online waktu aku tulis di email buat Isnet, dan beberapa tahun sebelumnya udah jadi kata pengantar buat buku aku yang terbit di Malang:
Dari “simbol” penciptaan manusia (QS Al-Baqarah 30-33), kita dapat mengkaji definisi manusia sebagai makhluk yang mengenal simbol. Tes perbandingan manusia vs malaikat di sana menunjukkan bahwa keunggulan manusia dibandingkan dengan malaikat (makhluk berakal lainnya) adalah kemampuannya merepresentasikan benda kepada suatu simbol. Ia bisa menamai dan mengenali melalui nama.
Dengan pembentukan dan pengolahan simbol (informasi), manusia memiliki kemampuan menamai dan mengkonsepkan benda abstrak, tindakan, dan segala yang terletak di luar jangkauannya: ruang yang jauh, keluasan semesta, kedalaman dunia zarrah, masa lalu, dan masa depan. Ia merangkaikan simbol, mengeksplorasi pengetahuan, dan menyusun kearifan. Informasi menjadi titik kekuatan manusia, yang menjadikannya makhluk paling mulia. Dan kekuatan utama informasi adalah kemampuannya untuk diperkuat melalui pertukaran, atau komunikasi.
Dengan komunikasi, manusia memahami ajaran Tuhannya dan melaksanakan sebagian besar perannya di dunia. Atas fitrah yang dianugerahkan Tuhannya, manusia kemudian menciptakan piranti-piranti penyimpan informasi. Tulisan. Dengan tulisan, pengetahuan manusia dikomunikasikan menyeberangi ruang yang jauh, dan diakumulasikan mengarungi rentang waktu yang panjang. Terbayangkah pengetahuan kita yang seluas ini tanpa tulisan?
Maka, Muhammad (saw), Rasul yang terakhir, dideklarasikan sebagai Rasul dengan perintah pertama: “Bacalah!”. Jadilah masyarakat informasi yang menerima akumulasi pengetahuan dan kearifan dari masyarakat-masyarakat dari berbagai penjuru ruang dan waktu. Itulah cara kita hidup kita.
Bukan soal menarik atau mendorong. Sekedar menjalankan hidup apa adanya sesuai fitrah.