Aku serius waktu bilang bahwa gejala2 kuantum itu bukan keajaiban. Kalaupun dianggap keajaiban, itu sama ajaibnya dengan gejala2 alam lainnya, kayak warna langit yang biru itu. Tapi Wheeler memang suka iseng bikin statement yang ajaib2 untuk memicu kita meluruskan pola pikir terhadap mekanika kuantum.

Wheeler mengingatkan lagi atas ketidakajaiban “delayed choice” ini. Misalkan, katanya, ada galaksi sekian juta tahun cahaya dari bumi, yang massanya besar sehingga gravitasinya mengakibatkan timbulnya efek lensa atas partikel (termasuk foton) yang dikirimkan dari benda2 kosmik (misalnya kuasar) di belakangnya ke bumi.

Di bumi, kita bisa mengukur radiasi yang dikirimkan si kuasar, dan mengamati polanya. Jangan lupa, efek lensa membuat kuasar seolah2 berjumlah lebih dari 1, dilihat dari bumi. Jadi kita bisa mengukur radiasi yang diterima dari “tiap2 kuasar”. Selanjutnya … coba pikir … radiasi itu memiliki probabilitas arah, sehingga memiliki probabilitas lintasan, sebelum kita amati dari bumi. Setelah kita amati … probabilitas mewujud jadi fakta. Faktanya apa?

Faktanya … apakah kuantum radiasi itu memilih menjadi gelombang atau partikel pada saat menentukan lintasannya dan lintasan mana yang dipilih oleh kuantum radiasi itu … semuanya tergantung apakah kita di bumi (sekian juta tahun setelah terjadinya pemancaran) melakukan pengamatan terhadap radiasi itu.

Soalnya … kembali menurut Wheeler dan Feynman sekian tahun sebelumnya, yang mengambil dasar dari teori Einstein, daya pengatur semesta (yang bukan malaikat tapi cuman foton dan sebangsanya) itu tidak hidup dalam dimensi waktu. Trus di sini kita bisa meneruskan dengan David Böhm atau dengan superstring, kalau punya waktu (apapun itu waktu).