Jadi kita memberikan sumbangan besar kepada kaum papa. Sumbangan besar yang sebenarnya kecil dibanding apa yang telah dikaruniakan Allah kepada kita. Lalu kita menuntut diterimakasihi?

Ha-ha :). Kita tidak memiliki sepicing hak pun untuk memperoleh terima kasih. Kalau kita memiliki nilai-nilai yang menuntut kita untuk peka pada sesama, kita sedang memenuhi nilai-nilai kita sendiri. Kalau ada yang mau berterima kasih, entah secara tulus, entah cuma basa-basi, itu karena mereka menjalankan nilai-nilai mereka sendiri. Kalau mereka membalas ‘pemberian’ dengan acuh, dengan makian, atau dengan menggunakannya tidak seperti yang kita bayangkan, itu adalah realita milik mereka.

Kita sendiri, menerima ilmu dan bimbingan dari ortu dan guru dan rekan-rekan, tapi tidak pernah mau menghargai mereka. Kita sendiri, menerima limpahan nikmat yang luar biasa, tapi sangat jarang mensyukurinya.

OK, nilai-nilai. Nilai-nilai. Jadi jalankan hidup kita seperti bagaimana kita menghendaki hidup kita dijalankan. Peduli apa kita pada terima kasih, penghargaan, penghormatan.

Yang penting dapat pahala.

Gitu?

Ha-ha :). Kita tidak memiliki secuil hak pun untuk menuntut pahala :). Mengharapkan ridla Allah atas hidup kita. Tidak lebih dari doa dan harapan. Bukan tuntutan, bukan permintaan.