Baca humor-humor dari para expatriate tentang masyarakat Indonesia. Sick jokes, pikir aku sekilas, sambil tetap yakin bahwa kamar mandi di terminal Nottingham tetap jauh lebih bau daripada di stasion Bandung. Biasa kan, berdalih melindungi diri sendiri.
Tapi apa sih yang salah dari kumpulan jokes itu? Coba turun sebentar di jalan-jalan Bandung yang lubangnya kokoh berwibawa tapi walikotanya berani pamer muka di pintu tol. Lampu merah bukan berarti berhenti. Kalau uang di dashboard masih kurang buat beli beberapa botol minuman, lampu hijau juga bukan berarti jalan. Tidak aneh kalau di tengah jalan kita ditaburi abu rokok menyala pengemudi berwajah kampungan tapi berbaju keren dari jendela-jendela mobil mahal. Kadang malah lengkap dengan puntungnya. Waktu ada sirene ambulans di belakang kita, kita mendapati bahwa kita satu-satunya yang susah payah minggir ke tepi jalan. Lainnya tetap berusaha maju menerobos, dan banyak yang cuma acuh tak acuh. Dan kalau akhirnya kita sampai kantor, kita harus sabar menghadapi orang-orang yang rajin mampir ke meja-meja kita buat jualan barang-barang MLM murahan, atau buat berwacana filsafat organisasi yang aneh-aneh dan ajaib yang ujung-ujungnya cuma mengharapkan kenaikan penghasilan besar-besaran tanpa perlu menambah effort kerja.
Memang masyarakat kita sakit.