Cerita tentang kolesterol, dan stress. Kolesterol, adalah zat esensial
buat badan kita. Zat lain juga esensial, tentu, tapi kolesterol itu
berada dalam link sentral antara triumvirat badan, pikiran, dan genome,
yang saling mengendalikan.
Kolesterol membentuk setidaknya lima hormon: progesteron, aldosteron,
kortisol, testosteron, dan oestradiol; yang bersama-sama disebut steroid.
Steroid dikenal pada seluruh organisme sebelum pemisahan antara hewan,
tumbuhan, dan jamur. Konversi dari kolesterol jadi steroid dilakukan oleh
enzim yang dibentuk dari salah satu gen di kromosom nomor 10. Kelainan
gen ini membuat manusia tidak pernah mencapai masa puber (yeah, testosteron).
Tapi kortisol lebih menarik. Kortisol digunakan di seluruh tubuh, dan
bahkan memadukan badan dengan pikiran (dengan rekonfigurasi otak). Kortisol
juga berkaitan dengan berbagai kepekaan pendengaran, penciuman, perasaan
(wow). Kalau kadar kortisol di vena meningkat, berarti kita sedang … stress!
Stress bisa dipicu oleh sebab eksternal dan internal, misalnya dikejar harimau
atau boss, atau ketakutan akan api atau berita di koran atau ujian. Stress
jangka panjang terus menerus mempertinggi kadar kortisol. Yang mengesalkan,
kortisol mempunyai efek mengurangi aktivitas, jumlah, dan daya hidup sel darah
putih, yang artinya mengurangi kekebalan tubuh. Nggak aneh kalau
orang yang selalu tegang jadi lebih mudah sakit.
Dan karena stress bisa dikendalikan dengan pikiran, artinya kortisol bisa dikendalikan
dengan pikiran. Pikirkan aja yang tegang-tegang (atau sebaliknya, lakukan relaksasi),
dan kadar kortisol kita bisa naik atau turun, dan daya tahan tubuh meningkat atau
menurun.