Barangkali lucu kalau kita juga cerita tentang seorang politisi Perancis. Jendral Charles de Gaulle, perwira Perancis yang nggak jago-jago amat, mengekor tentara sekutu membebaskan Perancis, dan memimpin pasukan yang membebaskan Paris, trus jadi presiden.
Konon dia bukan presiden yang cakap. Tapi dia berkilah, “Tidak mudah memimpin negara yang memiliki 246 macam keju.” Dan waktu disemprot bahwa ia adalah prajurit yang baik tapi politisi yang buruk, ia mengakui bahwa ia bukan politisi. “Politik itu terlalu serius untuk diserahkan kepada para politisi,” katanya. Perancis masuk blok barat, tapi keluar dari NATO. Dia bilang, “Pakta-pakta itu mirip gadis-gadis dan bunga mawar — yang berlalu begitu saja.”
Dengan gaya semacam itu, Perancis jadi surga kaum sosialis, dan bahkan kaum anarkis kelas dunia. Manusia semacam Pol Pot juga “lahir” dari sana, belajar dari guru-guru anarkis macam Sartre.
Namun, waktu diminta menangkap Sartre, si bekas jendral cuma bilang, “Kita tidak mau memasukkan Voltaire ke Bastille.”