Seorang wali nyaris selalu mengurung diri di rumah kecilnya, sembahyang dan berdoa selalu. Hanya anak perempuannya yang menemainya dan menyiapkan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Setiap hari ada semacam keajaiban di rumah itu, yaitu bahwa di dapur rumah itu selalu tersedia makanan yang siap diolah si anak dan disajikan untuk dinikmati bersama. Itu berlangsung bertahun-tahun, dan dipahami sebagai karunia Allâh atas sang wali yang rajin beribadah.

Beberapa tahun berlalu, anak sang wali itu sakit, lalu tak lama kemudian meninggal. Kemudian sang wali menyadari bahwa tidak terjadi lagi keajaiban berupa makanan yang selalu tersedia di dapur rumah. Baru ia tersadar bahwa yang karunia Allâh itu diturunkan bukan untuk dirinya, tetapi untuk anaknya, yang jalan hidupnya lebih diridlai Allâh daripadanya sendiri.

Kisah-kisah sufi selalu memaksa kita untuk menggugat pikiran kita sendiri, selalu.