Yang menarik sebenarnya adalah proses untuk terus berinteraksi dan bekerja sama dengan melupakan perbedaan-perbedaan. Perbedaan tidak harus disatukan. Memang nggak semua orang percaya bahwa “kalau dua pendapat berlawanan, bisa jadi keduanya benar”. Bisa jadi yang nggak percaya itu juga benar :). Jadi buat yang nggak percaya, anggap saja membiarkan perbedaan itu adalah mengajarkan pendapat kita dengan strategi yang lebih cerdik dalam interaksi yang bersifat saling menghargai.
Jadi aku bisa menjawab soal “duluan telur atau ayam” dengan teori evolusi di depan Mas Medy Satria yang anti teori evolusi. Juga Mas Aris masih bebas merokok di sebelah makhluk anti rokok kayak aku. Kita udah tahu posisi masing-masing kok. Dan itu justru mempererat persahabatan, soalnya kita bisa saling menerima tanpa syarat :).