Kalau abad 19 mengenal nama Maxwell, abad 20 mengenal sama Abdussalam, Weinberg, dan Glashow. Setelah masa keemasan QED, orang mulai menggunakan analogi elektrodinamika untuk energi nuklir lemah. Kalau interaksi benda bermuatan seperti elektron menggunakan foton, maka interaksi nuklir lemah disebut menggunakan boson madya. Tentu, nama boson diambil dari Bose (Catatan 07/03/2001), orang India yang meletakkan prinsip matematika foton, yang membuat foton diakui sebagai dasar fisika yang valid. Tapi berbeda dengan foton, boson madya bisa bermuatan. Maka dikenal tiga boson: W+, W-, dan Z. Z adalah boson tanpa muatan.
Ketiga orang di atas menyusun deskripsi yang menggabungkan boson dan foton ke dalam sebuah teori electroweak. Pada tingkat energi tinggi, tidak ada beda antara boson dan foton. Tapi pada tingkat energi lemah, partikel-energi itu mengambil bentuk yang berbeda-beda. Mirip cairan khayali, yang pada suhu tinggi menjadi uap yang sama, tapi pada suhu rendah menjadi es yang berbeda-beda.
Setelah penyatuan ini, para fisikawan mulai menyusun GUT (grand unified theory), dengan menyatukan electroweak dengan interaksi nuklir kuat. Fisikawan sudah meyakini bahwa semua jenis energi itu sebenarnya satu macam pada level evergi tinggi. Hanya mereka masih sibuk menghitung-hitung cara memadukannya dengan gravitasi.