Month: April 2001 (Page 1 of 6)

3431060

Ke mana aja Isnet sekarang?

Di Yogya, aktivis Isnet mendirikan Klinik Isnet tanggal 25 kemarin. Punya gedung sendiri pula, yang bakal dijadikan pusat kegiatan KZIS Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Abis TK Isnet punya Mas Pudjo di Tutugan, Mbak Ida (yang perpustakaannya baru jadi) mendorong lagi usulan SD Isnet. Sebetulnya di Jakarta udah ada Salam yang bergerak khusus buat masyarakat miskin, tapi report ke Isnet jarang masuk, jadi nggak tau ceritanya lagi. Banyak sekali pakar pendidikan di Isnet, dan beberapa di antaranya udah mengelola yayasan sendiri. Konon Gemintang juga dikelola alumni Isnet.

Mas Pudjo malah punya usulan menarik: Universitas Isnet. Sumberdaya manusia di Isnet pasti lebih dari cukup buat mewujudkan Universitas Isnet, kalau ada komitmen ke arah itu. Mas Arif Bijaksana udah mau ngerancang perpustakaannya.

Di dalam negeri (haha), Kibar (versi Isnet buat UK) baru mengaktifkan workshop untuk kegiatan praktis, a.l. di Sheffield kemarin. Aktivitas yang dikerjakan a.l. proyek bantuan buat pengungsi Poso (bukan hanya soal pengiriman dana), dan percobaan penerbitan buku.

3417322

File-file optel diupload ke https://kun.co.ro/optel. Belum sempat bikin interface-nya tapi. Padahal sebenernya nggak susah, cuman perlu ls dan character case.

3417316

Lho, kok masih nulis?

Masih lah yaw. Kegiatan menulis itu nggak bisa dihindari. Kalau nggak di Internet, aku pasti nulis di file. Kalau nggak ada komputer, aku nulis di halaman kosong di organiser aku. Kalau nggak bisa nulis, misalnya gara-gara punya setumpuk baju buat diseterika, aku nyanyi sendirian. And the song that I’m singing is the praise to non-believers kata John Denver.

Yang aku istirahatkan cuman mempublishkan bagian ini dulu. Itu pun sementara.

Ada waktunya, lain kali.

Hiatus

Khatib muda itu bermuka simpatik. Tidak sibuk menyalahkan orang lain, dia mengajak kita untuk mengamati diri sendiri, untuk melihat sejauh mana kita mempengaruhi orang-orang dekat kita. Apakah kita ikut berperan untuk membuat mereka lebih baik, atau malah lebih buruk. Kita memiliki tanggung jawab atas pengaruh kita pada orang lain, begitu dia sampaikan Jumat ini.

Kayaknya sebelumnya ada yang juga mempertanyakan: apa aku membawa pengaruh positif ke orang-orang dekat aku, atau cuman bikin berisik tetangga dengan Wagner. Wow, ekstropeksi yang menarik juga.

Kalau mau jujur sih, aku juga nggak tahu jawabannya. Misalnya catatan ini. Banyak yang berbasa-basi bilang bahwa catatan ini jadi inspirasi buat mereka. Tapi di luar soal basa-basi, apa sebenarnya catatan ini membuat orang lebih arif, lebih bisa bersyukur atas kasih sayang Allah, lebih mendekatkan diri pada Allah, lebih bekerja keras memicu pikiran daripada memakai acuan buta, lebih mencoba memahami kompleksitas pikiran dan perasaan orang lain? Kayaknya nggak sama sekali. Catatan ini jadi dekaden, lebih banyak berceloteh tanpa ujung pangkal tentang selera yang ganjil, humor yang kering, dan pikiran setengah jalan.

Barangkali sementara ini aku hentikan dulu catatan ini. Ada waktunya kita mulai, ada waktunya kita berhenti sebentar untuk menatap balik langkah kita, dan ada waktunya kita mulai lagi.

Hanya dengan kasih sayang Allah kita melangkahkan hidup kita, hanya kepada Allah kita menghadapkan hati kita.

Ronggowarsito

Celtic. Nordic. Kapan mau cerita tentang budaya Jawa? Tapi soalnya, apa yang mau diceritain. Dulu aku jadi minoritas orang non Jawa di Malang, haha. Dan waktu di Bandung aku jadi minoritas orang Jawa. Pertama kali menyentuh budaya Jawa waktu diajarin bahasa Jawa di kelas, lengkap sama hanacaraka-nya. Terus belajar karawitan (dengan sepenuh hati) di SMA. Nggak lebih. Barangkali budaya Jawa udah mati di situ.

Budaya seharusnya adalah hal yang dikembangkan secara progresif di masyarakat. Jadi budaya Jawa nggak ada hubungannya sama nulis hanacaraka di Internet, tapi lebih pada memasyarakatkan Internet berbahasa Inggris ke orang Jawa yang speak Indonesianpun enggan setengah mati. Juga bukan memasyarakatkan pikiran kuno orang Jawa ke dunia internasional, tapi memasyarakatkan pikiran progresif ke orang Jawa.

Sunan Kalijaga bisa dijadikan panutan untuk soal ini. Beda sama sunan lain yang sibuk ngurusin penerapan fiqh, Sunan Kalijaga lebih berfokus pada meningkatkan kemanusiaan dengan mengembangkan kebudayaan. Aneh kalau keturunannya terus sibuk mengabadikan Ronggowarsito. Ronggowarsito hidup sezaman dengan filosof sekelas Nietzsche, sosiolog sekelas Marx, fisikawan sekelas Maxwell, dan budayawan sekelas Goethe (untuk tidak menulis Wagner melulu). Di jaman itu pun sebenernya pikiran Ronggowarsito udah ketinggalan jaman. Masa sih mau diabadikan?

Apa berarti pikiran orang Jawa semuanya dekaden? Soalnya bukan itu. Banyak orang Jawa dengan pikiran cemerlang. Tapi pikiran cemerlang itu terus nggak diakui sebagai budaya Jawa, soalnya Jawa yang diakui sebagai Jawa cuman yang udah dikakukan oleh aristrokasi berabad-abad.

3367723

Ranking domain pengunjung komunikasi.org terbanyak: .cn .com .id .net .edu .my .fr .jp .sg .uk

Ranking domain pengunjung kun.co.ro terbanyak: .com .id .net .my .edu .uk .tv .sg .sa .au

Itu data 1-25 April 2001. Pasti bikin penasaran, kenapa orang RRC bisa menciptakan hits paling besar di komunikasi.org, dan kenapa ada negara Tuvalu masuk ranking di kun.co.ro (beda dikit dengan Inggris). Internet memang misterius.

3359810

Dan berita yang nggak boleh dilewatkan adalah: Vivil udah berani mempersiapkan pernikahan. Waduh, kayaknya harus siap-siap pesen tiket nih, jaga-jaga kalo ikutan diundang. Hadiahnya apa yah. Apa dikasih hadiah domain viv.il aja yah. Tapi berarti aku harus bilang ke Jendral Tyasno biar nggak usah nyerbu Andorra, mendingan nyerbu Israel aja dulu. Demi domain.

3359808

Nama bagus-bagus Harry Sufehmi, diubah sendiri jadi supermie, terus sitenya dinamain Pangsit pula. Kebiasaan nge-junk dipiara serius amat. Kayaknya lama-lama beneran aku mewujudkan portal www.ongol-ongol.com deh. Mana mau kalah sama Supermie :).

Berita lain, Kukuh mau cari cewek orang Taiwan, biar bisa dapetin domain kukuh.tw (aduh berita duka nih buat cewek Indonesia kalau cowok sekeren Kukuh digaet orang asing). Jendral Tyasno mau menyerang Andorra, biar bisa dapetin domain tni.ad. Dan tentu si Koen — yang nggak pernah mau kalah — nekat cari sahabat pena di Luxembourg biar bisa ngebales dengan domain gila.lu.

Golongan Darah

Proyek Genome mencoba membuat sebuah bakuan atas genetika manusia. Tentu, genetika manusia tidak ada yang baku. Jadi mereka mencari 200 orang untuk disampling, kemudian dilakukan konsensus tertentu untuk menentukan standar manusia. Naif yah :). Atau barangkali cuman salah arah.

Genetika manusia bervariasi bukan karena ketidaksengajaan, atau bukan karena evolusi yang belum selesai, tetapi lebih karena variasi itu sendiri merupakan karakteristik yang dilekatkan pada genetika. Yang sederhana adalah golongan darah. Golongan A memiliki kekebalan pada tipe kolera tertentu, dan B pada tipe kolera lain. Golongan AB sangat kebal pada semua macam kolera, dan sebaliknya golongan O paling tidak kebal. Tapi golongan O paling kuat menghadapi malaria. Beberapa macam penyakit lain bisa ditangkal oleh golongan darah tertentu. Wabah yang mendunia pun diharapkan tidak akan memusnahkan manusia. Jadi kalau malaria menyerang, ada golongan O yang selamat, tapi kalau kolera menyerang, ada kelompok AB yang selamat. Dengan demikian dalam jangka panjang manusia akan survive (tapi bakal beda kalau bumi ketabrak komet atau asteroid).

Ada banyak variasi selain golongan darah yang juga bersifat serupa dalam menangkal penyakit tertentu. Jadi tidak ada satu standar manusia. Pakar genetika akhir abad 20 menghadapi penemuan yang sama dengan fisikawan awal abad 20: mau mencari standar, tapi menemukan bahwa yang namanya standar itu salah. Sekarang mereka lagi asyik dengan teori chaos juga. Nggak tau tuh apa yang dibahas. Tata istilah perchaosan itu rumit bener, harus ada yang ngajarin aku nih.

Sambil punya mainan baru: Fractal Explorer. Mandelbrot tak gentar.

Nirkata

Lucu juga bahasa Celtic. Sama sekali nggak nyambung sama bahasa Eropa lain. Enak kali ya kalau cari kursus tertulis tentang salah satu bahasa Celtic (Irish, Gaelic, Manx, Breton, Welsh, etc). Kayaknya aku memang penggemar cara berkomunikasi yang tidak komunikatif. Seolah-olah. Tapi ada hal yang menarik sebenernya, setidaknya buat aku.

Di Isnet, aku pernah berdiskusi tentang berbagai cara berkomunikasi non-verbal atau setidaknya sub-verbal. Bisakah kita menangkap pesan Wagner tanpa belajar Bahasa Jerman? Ternyata bisa, biarpun barangkali cuman sebagian. Ada pesan yang memang disampaikan melalui kata-kata, tapi ada yang hanya bisa tersampaikan dengan mengabaikan kata-kata. Ini barangkali yang pernah bikin Enya disukai para junker Bemo (aku kenal Enya juga di sana, haha).


Diskusi di Isnet akhirnya kembali ke soal formal. Kenapa Qur’an tidak disusun dengan urutan waktu kayak buku sejarah, atau dengan urutan tema kayak buku-buku hukum. Qur’an disusun untuk bekal hidup yang seperti adanya, bukan hidup dengan formalitas kekakuan. Hidup, di setiap detiknya, selalu perlu keseimbangan. Hari ini kita bicara soal kosmologi dan sejarah. Sejam lagi soal linguistik dan signal processing. Sebelum tidur kita ngebahas soal hukum dan musik. Qur’an disusun oleh yang maha mengerti dengan cara hidup manusia.

« Older posts

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑