Di jaman Newton, cahaya adalah partikel. Di jaman kuantum, cahaya juga jadi partikel. Tapi antara kedua jaman itu, cahaya adalah gelombang. Kali ini tokohnya James Clerk Maxwell, ilmuwan teoretis terbesar abad 19.
Berbeda dengan Faraday, Maxwell sangat canggih di bidang matematika. Semua mainan Faraday di bidang listrik dan magnet diformulasikan ke dalam teori Maxwell, yang langsung membuktikan bahwa keduanya adalah satu macam gaya elektromagnetika, yang bisa bertransmisi dalam bentuk gelombang elektromagnetika, yang tidak lain adalah cahaya. Penemuan hebat sekali masa itu. Spektrumnya diperluas mencakup gelombang panas (infra merah). Waktu spektrumnya diperluas lagi, Hertz jadi penemu transmisi radio, dan Roentgen jadi penemu sinar X.
Maxwell juga kemudian bermain-main dengan optika. Spektrum cahaya dianalisis, dan dia menemukan bahwa kita bisa mereproduksi gambar berwarna dari gambar hitam putih. Pemisahan spektrum red-green-blue juga dilakukan pertama kali oleh Maxwell. Tapi ceritanya rada lucu. Di depan Royal Society, Maxwell membawa tiga plat, satu peka merah, satu peka hijau, dan satu peka biru, yang diproses dari pengambilan gambar. Kalau dilihat, ketiganya cuman jadi gambar abu-abu. Tapi begitu disinari terpisah dengan merah, hijau, dan biru, dan hasilnya disatukan, maka terciptalah reproduksi berwarna. Tepuk tangan pun membahana. Bertahun-tahun kemudian, orang baru sadar bahwa plat peka merah yang dipakai Maxwell ternyata tidak peka pada warna merah. Lho. Jadi penemuan Maxwell tidak bisa dicontoh orang. Nah, kok Maxwell bisa? Ternyata Maxwell beruntung, karena membuat kekeliruan ganda. Kekeliruan kedua adalah bahwa plat yang dia pakai ternyata peka pada sinar ultraviolet (yang tidak tampak oleh mata). Lucunya, hasilnya ternyata alami, biarpun ultraviolet jauh bener dengan merah.
Foto berwarna baru bisa benar-benar diproduksi tahun 1960-an, satu abad setelah Maxwell.