SDP (service delivery platform) sendiri masih intens kita diskusikan menjelang masa implementasi. Tapi bulan Desember lalu, IEC melontarkan istilah SDP 2.0 dalam Annual Review of Communications Volume 61. Tergoncang? Tentu tidak :). Pertama, SDP sendiri bukan standard yang perubahan versinya harus langsung diikuti migrasi sistem. Kedua, penomoran 2.0 sendiri menunjukkan sebuah ciri khas: sesuatu yang secara semi informal digerakkan dalam bentuk perbincangan (yang boleh meliputi industri dan komunitas). Tapi ihwal penomoran 2.0 ini juga yang bikin aku pingin memperbincangkan, soalnya pas dengan gagasan2 kita untuk menyusun hub atas content & aplikasi dari komunitas.
Jadi yang dinamakan SDP 2.0 adalah gagasan dari Accenture. Ia mengambil ide dari Google, Apple, dll, yang berbisnis dalam ekosistem digital. Menurut Accenture, 60% service provider memiliki lebih dari 10 partner co-design per proyek pengembangan produk. Kolaborasi ini memicu inovasi, tetapi meningkatkan resiko; kecuali jika strukturnya dibuat lebih efektif. Sebagai tambahan juga, Internet 2.0 (web 2.0, mobile 2.0, dst) telah menciptakan lingkungan yang kaya content, service, dan inovasi. Interface content terkayakan dalam dunia tiga layar: perangkat mobile, komputer, dan TV. SDP dirancang untuk mengefektifkan dan mengefisienkan segala sumber daya dan inovasi untuk kekayaan aplikasi ini. Namun divergensi yang cepat seperti ini mendorong dianggap perlunya merumuskan SDP 2.0. Framework SDP 2.0 menekankan penyusunan lingkungan pengembangan service lintas aktivitas dan teknologi di dalam ekosistem IP.
Konvergensi tiga layar mendorong setiap aplikasi untuk secara mudah tertampilkan dengan interface yang tepat di perangkat mobile, komputer, dan TV. Penekanan adalah pada layar pertama, yang lebih banyak melekat pada user setiap saat. Ini dimungkinkan oleh penyusunan platform piranti (device platform), berisi sistem operasi dan middleware, yang memungkinkan operasi multiplatform. Diantarmukai oleh itu, tersusunlah portal multikanal, tempat tertumpah kekayaan inovasi. Produksi, sharing, dan distribusi content dilakukan terpersonalisasi, dengan akses yang bersifat swalayan. Di sini juga dapat dilakukan segmentasi, agregasi, delivery media, komunikasi, dan lain2, yang dapat dioptimalkan untuk penurunan biaya. Sekarang, profit jadi dapat ditumbuhkan dari aplikasi2 yang telah saling diperkaya/memperkaya ini.
SDP 2.0 menambahkan hal2 berikut: pengelolaan user yang terpadu, pengelolaan policy yang fleksibel, dan lingkungan penciptaan service yang bersifat terbuka. Juga telah dimasukkan hal-hal seperti location-based service (LBS), mash-up, mobile widget, application presence, network presence, dll.
Accenture kemudian memberi contoh implementasi di Turkcell. Turkcell baru mengupgrade SDP-nya untuk memfasilitasi layanan seperti download musik, layanan data, dan transfer foto. Mereka mencobai pendekatan di atas, yang memungkinkan mereka bekerja lebih baik dengan penyedia aplikasi dan content. Dalam setahun, telah diluncurkan 180 layanan penghasil revenue, dari 50 penyedia aplikasi dan 53 penyedia content. Jumlah pelanggan pemakai layanan online meningkat 3000% dalam sebulan setelah peluncuran. Semua aplikasi dan content menggunakan standard IP biasa.
Konvergensi telah menjadi sahabat mereka, bukan ancaman. Yuk, kita ke sana juga :).
[Thanks, Pak Komang, atas materinya :)]
Huhuhu…newbie. nda ngeriti ilmu telekomunikasi cem gitu……
Itulah asyiknya dunia kita. Ada 7++ layer, dan ribuan celah. Selalu ada yang bisa dipelajari setiap hari :)
ow…. luar biasa (baca : ga ngerti nih……)
[…] pembicara berikutnya adalah kuncoro. beliau membahas sdp. purely technology! hehe . bahasan mengenai teknologi wireless dan prediksi kemasa depannya.ada […]
Apakah keberadaan SIP server mutlak diperlukan untuk implementasi SDP?
Wah seneng nih liat blog mas koen, ada juga ternyata yg rela meluangkan waktu buat ngeblog teknologi yang implementasinya msh open ini :D
met kenal mas
Sebetulnya SIP distandarkan sebagai bagian dari NGN dan IMS. Dan kalau kita berharap SDP kita nantinya akan terlarutkan secara baik dan mudah ke NGN/IMS, tentu ada baiknya kita gunakan SIP sedini mungkin.
Hmm, atau punya alternatif lain? Jangan signalling yang lebih kuno ya :)
yup saya setuju om … klo mendatang semua basis teknologi akan menuju base on IP sedangkan untuk signaling nya juga di prediksi menggunakan SIP yang sampai sekarang masih di kembangin …
yang saya mo tanya ..diposisi manakah SDP ini di tempatkan dalam architecture IMS.. padahal yang ak tau IMS ini lebih bnyak hubungan nya Ke LTE (long term evolution)…
mohon pencerahan nya om kun…
Ini pertanyaan paling valid. SDP sendiri agak terlupakan karena semua mengharapkan IMS. Tapi, OK, kita set SDP-nya yang comply IMS, sehingga nantinya dapat diintegrasikan atau dimigrasikan dengan mudah.
Baca ini deh: https://kun.co.ro/2008/09/24/service-delivery-platform/