Page 80 of 210

Nggak Ajaib

Aku serius waktu bilang bahwa gejala2 kuantum itu bukan keajaiban. Kalaupun dianggap keajaiban, itu sama ajaibnya dengan gejala2 alam lainnya, kayak warna langit yang biru itu. Tapi Wheeler memang suka iseng bikin statement yang ajaib2 untuk memicu kita meluruskan pola pikir terhadap mekanika kuantum.

Wheeler mengingatkan lagi atas ketidakajaiban “delayed choice” ini. Misalkan, katanya, ada galaksi sekian juta tahun cahaya dari bumi, yang massanya besar sehingga gravitasinya mengakibatkan timbulnya efek lensa atas partikel (termasuk foton) yang dikirimkan dari benda2 kosmik (misalnya kuasar) di belakangnya ke bumi.

Di bumi, kita bisa mengukur radiasi yang dikirimkan si kuasar, dan mengamati polanya. Jangan lupa, efek lensa membuat kuasar seolah2 berjumlah lebih dari 1, dilihat dari bumi. Jadi kita bisa mengukur radiasi yang diterima dari “tiap2 kuasar”. Selanjutnya … coba pikir … radiasi itu memiliki probabilitas arah, sehingga memiliki probabilitas lintasan, sebelum kita amati dari bumi. Setelah kita amati … probabilitas mewujud jadi fakta. Faktanya apa?

Faktanya … apakah kuantum radiasi itu memilih menjadi gelombang atau partikel pada saat menentukan lintasannya dan lintasan mana yang dipilih oleh kuantum radiasi itu … semuanya tergantung apakah kita di bumi (sekian juta tahun setelah terjadinya pemancaran) melakukan pengamatan terhadap radiasi itu.

Soalnya … kembali menurut Wheeler dan Feynman sekian tahun sebelumnya, yang mengambil dasar dari teori Einstein, daya pengatur semesta (yang bukan malaikat tapi cuman foton dan sebangsanya) itu tidak hidup dalam dimensi waktu. Trus di sini kita bisa meneruskan dengan David Böhm atau dengan superstring, kalau punya waktu (apapun itu waktu).

Detektor Setengah Celah

Yuk ah … kita ngobrolin makhluk-makhluk dalam skala kuantum lagi :), nerusin cerita tahun 2001. Kalimatnya sengaja dibikin seolah2 si obyek benar2 punya perasaan dan punya karakteristik ganda — hal yang tidak akan diakui fisikawan kuantum masa kini.

Waktu itu eksperimen fisika kuantum, termasuk eksperimen dalam celah ganda, masih dalam bentuk eksperimen pikiran. Kalau foton (atau juga elektron) dipancarkan satu butir demi satu butir, ke celah ganda, maka ia akan berinterferensi, dan pola interferensinya teramati pada layar di belakang celah. Namun kalau pada setiap celah kita memasang detektor, maka pada setiap pancaran sebutir foton (atau elektron), hanya satu detektor yang mendeteksi adanya foton (atau elektron) yang melaluinya, dan secara ajaib pola pada layar berubah, tidak lagi menampilkan pola interferensi, melainkan pola seperti kalau ada bola yang dilemparkan melalui celah ganda. Foton (dan elektron) tahu bahwa ada kita yang melakukan pengamatan, dan mengubah karakteristiknya sesuai apa yang dimaui pengamat. OK, ini cerita lama. Eksperimen macam ini baru dibuktikan dalam bentuk fisik sekitar tahun 1980-an dan 1990-an.

Wheeler menambahkan suatu keajaiban lain dalam eksperimen itu. Kalau kita memasang detektor setelah celah, katanya, dan memutuskan untuk mematikan atau menghidupkan detektor itu setelah foton (atau elektron) melalui celah, apa yang akan terjadi?

Pola pada layar akan selalu menyesuaikan dengan apakah detektor dipasang atau tidak. Jadi apakah foton (atau elektron) tunggal dapat berinteraksi tergantung pada apakah detektor hidup atau mati. Tapi di mana foton (atau elektron) berpisah (kalau ia jadi gelombang) atau tidak berpisah (kalau ia jadi materi) ? Di celah, yang dilewati foton (atau elektron) waktu detektor belum diputuskan untuk hidup atau mati.

Wheeler menamakan gejala ini “delayed choice”.

Tentu tidak aneh, kalau kita bayangkan bahwa menurut Wheeler dan Feynman kemudian, bahwa foton dan segala interaksi selalu merambat dalam waktu + dan waktu – sekaligus. Tapi yang lebih umum dijadikan penjelasan adalah bahwa entitas yang kita namakan “ada foton” dan “ada elektron” itu sepenuhnya gejala matematis, yang jadi ada (mewujud) karena formulanya benar (konsisten dengan pengamat). Dan perwujudan akhirnya tentu menyesuaikan diri dengan konfigurasi lingkungan totalnya. Dan begitulah hasilnya.

Eksperimen dalam bayangan Wheeler ini benar2 dilaksanakan secara fisik pada pertengahan tahun 1980-an, secara terpisah di München dan Maryland, dengan hasil tepat seperti yang dibayangkan Wheeler.

Khaldoun

Nice mail today:

This is Khaldoun from Palestine. I hope all are doing well …. I’m fine and recently nominated by Jawwal’s management to be the “GPRS Project Manager” . The project execution is pending due to political circumstances but I hope that won’t take so much time.
…..

Lucu ya, dia selalu membuka mail dengan gaya memperkenalkan diri. Apa emang di RT-nya dia kebudayaannya kayak gitu. Saya Prita Laura, melaporkan dari Volgograd.

Eh, btw … udah lama nggak liat Prita Laura beneran … si spesialis pembawa berita tengah malam …

Singkatan

ODBC apaan sih? Oracle Data Base Certification? Iya kali :p.

Kalau ini salah, percayalah: kepanjangan yang laen juga salah. Kepanjangan nggak ada hubungannya sama nama :). Karena itulah ada GNU (GNU’s Not Unix), ada PHP (PHP Hypertext Preprocessor, dulunya bukan ini sih), dan ada TTP (The TTP Project — satu lagi dari Dilbert).

Waktu banyak kerja di sentral, aku udah mulai menghilangkan rasa penasaran sama singkatan-singkatan. Tadinya sih sempat tahu kepanjangan dari EWSD, 5ESS, RSM, RISLU, tapi abis itu sisanya dilupain aja. Apalagi di tahun2 waktu aku mulai tenggelam sama RFC. Aku nggak pernah yakin apa kepanjangan huruf S di DNS. Dan dunia DiffServ dan MPLS memastikan hilangnya keingintahuan itu. Maunya. Tapi nggak bisa :), soalnya banyak yang suka nanya. Biasanya kalau aku ditanya, baru aku bener2 cari kepanjangannya. Kalo nggak, CRLDP hanyalah nama suatu metode persinyalan MPLS, pesaing yang menyerah secara terhormat dari RSVP-TE.

RSVP-TE juga contoh yang menarik. Cuman TE yang kepanjangannya punya arti di sana: traffic engineering. Nama RSVP, protokol pemesanan resource, dipaksa sama dengan protokol pemesanan tempat di undangan2. RSVP yang asli diculik dari Perancis, respondez s’il vous plait, yang dipaksaterjemahkan ke Inggris jadi reserve please, dan diculik ulang ke RFC jadi (Resource) ReSerVation Protocol.

Tapi nggak semua orang patetik kayak gitu. Bluetooth misalnya, diciptakan oleh orang2 cerdas yang ogah main2 singkatan. Kenapa harus dibikin misalnya LRHDWT, kalau nama Bluetooth bisa dipakai :). Tapi — ho-ho — sebenernya nama Bluetooth itu cuman nama sementara sebelum nama resmi diciptakan. Soalnya adalah si nama resmi itu nggak jadi jadi. Akhirnya dipakailah nama Bluetooth secara permanen. Dan ternyata nyaman2 aja tuh. Mestinya yang kayak gini diadopsi sama ANSI, IETF, IEEE, ISO, dan ECMA. Oops — too late.

Ada lagi yang pakai nama dengan nada menyerah. Pasti kita sering denger nama ini kalau suka scanning: TWAIN. Apa tuh? Technology Without An Interesting Name.

Euis

EUIS — ExecUtive Information System. Maksa amat :).

Berhari-hari nih aplikasi berbentuk web ini bikin pusing. Dari melakukan ekstraksi data yang beraneka ragam, mencuplik data dari berbagai server, tebak-tebakan sama interface PHP ke MS SQL Server (tanpa ODBC), membeku di ruang server, graphics programming in PHP untuk display, bikin forecasting dan prediction.

Dan … kayaknya sampai sekarang masih kurang dari 10% dari hasil yang diharapkan. Yang salah yang mengharapkan kali yaaa :).

Kerja dengan web bikin kita nggak bisa lagi menikmati web sebagai pengisi waktu luang. Atau bahkan Internet. Juga bikin nggak masuk akal untuk bisa lagi menikmati malam-malam insomnia yang panjang dengan programming.

Siapa yang masih doyan PHP hari2 ini? Beneran … aku pingin nulis buku tentang C++ aja.

CC2

Di pihak lain, cita2 serius untuk menghindar dari uang kayaknya masih harus dipikirin. Kebayang keselnya, misalnya waktu aku beli notebook tahun 1990-an, dan harus bawa uang tunai sekian juta, soalnya penjualnya nggak mau ada delay waktu untuk transfer uang antar bank. Waktu itu belum ada uang 100-ribuan, fyi.

Juga waktu bayar uang muka rumah. Developer Koprima yang kayaknya masih keturunan Cro Magnon itu menolak ditransferin uang. Maunya aku bayar tunai. Gile, pingin aku dirampok di jalan kali. Aku janjian ketemu di bank aja. Aku ambil uangnya, aku kasih ke dia, tandatangan kuitansi di bank, selesai.

Gimana ya kalau transaksinya waktu belum ada uang kertas, dan kita harus bawa2 lempengan emas dan perak ke mana-mana. Pake acara nimbang pula — khawatir kalau uang emasnya dicuil di jalan, haha :).

Notebook yang sekarang dibeli dengan cek. Nggak pake bawa2 kertas lagi. Ini solusi yang lumayan bagus, biarpun masih tergolong kuno. Cek belum bisa dimodulasi ke jaringan informasi, dan sangat rawan fraud. Dengan naiknya batas kredit CC, dan membaiknya nilai rupiah, sebenernya sekarang bisa beli notebook dan benda semacam itu dengan CC. Tapi suka kena overcharge yang nggak terlalu kecil. Plus belum semua merchant mau menerima CC.

Baru CC aja hambatannya besar sekali. Padahal cita-citaku masih ke sesuatu yang jauh lebih abstrak daripada sekedar CC, atau sekedar Paypal (hey, aku pernah punya account Paypal juga lho — cuma buat eksperimen), atau semacam itu …

CC1

Anak dari zaman polusi kapitalisme. Gitu kali judulnya. Waktu orang tidak lagi mempercayai ekonomi global, dan mencurigai peredaran dollar dan euro sebagai bentuk imperialisme baru, aku masih dengan setia membayangkan terwujudnya cita2 lama: dunia yang lebih sederhana dengan mata uang virtual. Waktu aku masih sekolah, memang belum ada yang dinamai e-commerce. Credit card juga masih jadi monopoli kelompok ekonomi tertentu. Tapi di masa itu aku udah membayangkan lamban-nya sistem transaksi dengan uang, kayak orang zaman dulu menciptakan uang karena lamban-nya sistem transaksi barter.

Aku apply Visa pertama kali waktu aku baru pertama kali punya ATM. ATM bukan benda luar biasa waktu itu — cuma bisa buat ambil uang di mesin bank yang menerbitkan ATM. Aku apply Visa bukan untuk belanja, tapi untuk bisa daftar IEEE. Tanpa Visa, aku harus transfer uang dengan bank draft — baca prosedurnya aja udah males bener. Terusannya beruntun … dapet Visa (dari Bank Niaga), daftar IEEE, daftar ISP (ibm.net — ISP komersial pertama di Bandung), dan sedikit-sedikit jadi pelaku e-commerce. Yang paling sering pastilah Amazon di tiga negara, gantian.

Aku jarang betah punya CC lebih dari 3 tahun. Biasanya aku mati-in semena-mena, dan bikin CC baru lagi. Proses belajarnya waktu aku kesal sama Citibank, dan memutuskan mematikan Citibank Visa — CC dengan umur terpendek, kira2 hanya 1 tahun. Proses apply CC udah nggak ada hubungannya dengan cita-cita zaman masih sekolah kayaknya. Aku curiganya, jangan2 aku apply CC hanya buat koleksi kartu berwarna-warni.

US dan RF

Nazi menginjak2 Paris, dan pemerintah Perancis harus dilarikan ke London. Hanya setelah pasukan sekutu pimpinan US masuk ke Eropa, pasukan Perancis berhasil membebaskan negaranya sendiri. Dan itu yang selalu tercatat dalam sejarah. Bukan pasukan US yang membebaskan Perancis. Pasukan Perancis membebaskan negaranya sendiri, dan turut bersama pasukan sekutu untuk membebaskan Eropa.

Jika kita bekerja sama untuk sesuatu yang saya butuhkan, tidak selalu saya harus mengiyakan semua pikiran Anda. Orang yang membantu kita, bukan berarti kawan kita. Orang yang menjatuhkan kita, bukan berarti lawan kita. Dan kalau terlepas dari masalah, jangan berlarut2 memikirkannya — masa depan masih panjang.

Orang US masih berpegang pada cerita koboi yang diromantiskan (dipalsukan) sebagai kisah kepahlawanan. Dan mereka masih berpegang pada ideologi macam itu. Orang Inggris tahu bahwa orang US cuma pintar membual. Tapi tanpa bantuan Inggris, US tidak pernah memenangkan perang yang serius. Lihat Vietnam misalnya, dimana tentara US harus ngabur terkencing-kencing. Di front lain, Perang Eropa, Perang Asia, Perang Teluk, dsb, Inggris harus ikut meyakinkan kemenangan US.

Orang Perancis tahu bahwa waktu US masuk Eropa, alasannya bukan moral. Ada kepentingan US yang mulai terganggu oleh Hitler, dan Hitler harus dihentikan. Roosevelt sendiri mengkiaskan, “Kalau rumah tetangga kita terbakar, kita meminjami selang air bukan karena baik hati, tapi agar rumah kita tidak turut terbakar. Setelah itu, selangnya kita ambil lagi.”

Tentu orang Perancis tahu — sejarah panjang Eropa penuh dengan rasa sakit berkepanjangan, dan meromantiskan masa lalu adalah kekonyolan. Yang lebih penting adalah memecahkan masalah zaman ini dengan kecerdikan, akal sehat, dan ketulusan hati zaman ini.

Republik Kelima

Mereka menamai negaranya “Republik Kelima” — republik pun tidak harus diabadikan dan dinyatakan final. Selalu, struktur disusun untuk kepentingan masyarakat, dan karena itu namanya republik. Dan struktur turut memperbaiki dirinya bersama masyarakat, karena itu struktur tidak boleh diberhalakan. Menilai kembali nilai-nilai. Selalu mendefinisikan kembali relasi dan struktur.

Dan masih sambil menikmati hidup. Loh … kenapa menikmati hidup? Kan mereka nggak bisa dibilang “sudah unggul dalam segala hal”. Kan mereka secara kuantitatif masih kalah jauh dengan — misalnya — negara imperialis kalap di seberang Atlantik itu.

«On ne peut pas bon en tout.» — jawab mereka.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑