Page 72 of 210

Prince of Wales

Cerita Wales lagi, tapi kali ini soal kekuasaan, bukan sebagai negeri unik di ujung dunia itu. Sebelum jadi bagian dari Inggris, Wales adalah kepangeranan, yang dipimpin Pangeran Wales, Prince of Wales. Yang terakhir adalah Llywelyn. England di bawah raja Edward I menduduki Wales — dia juga berminat menduduki Scotland, tapi gagal. Edward mengangkat putranya, Edward II, sebagai Prince of Wales.

Kebetulan, anak Edward II namanya Edward III, yang nggak diangkat jadi Prince of Wales. Namun, saat Edward III jadi raja England, ia mengangkat putranya, yang namanya Edward the Black Prince (percayalah, cerita ini banyak Edward-nya), sebagai Prince of Wales. Di zaman itu, England sedang berperang 100 tahun melawan Perancis. Soal keluarga, gitu lah, ditambah fakta bahwa Perancis mendukung perjuangan Scotland yang nggak mau dijajah England. Di Crecy, England menang besar terhadap Perancis, mengorbankan para bangsawan Perancis, termasuk John of Luxembourg, raja Bohemia (bingung kan sama urusan raja ini). Salah satu pahlawan England waktu itu adalah si Edward the Black Prince itu, yang berperang dengan baju zirah hitam. Edward ini mengambil logo Raja Bohemia, yaitu tiga bulu putih, dan semboyannya dalam bahasa Jerman: ich dien — I serve.

Sejak itu, secara tradisi, anak lelaki raja atau ratu Inggris yang menurut urutan akan jadi calon raja, akan diangkat sebagai Prince of Wales, dan memakai logo dan semboyan itu. Juga, sejak saat itu, Prince of Wales tidak ada hubungannya dengan kekuasaan di Wales. Cuman jadi tradisi aja.

Prince of Wales yang sekarang, kita tahu, bukan Pangeran Edward, tapi Pangeran Charles (Pangeran Edward bergelar Earl of Wessex). Logo Prince of Wales dipasang pada koin dua pence. Kasihan nih si pangeran, kebagian dua pence, sama kasihannya sama bangsa Wales.

Omong2, Wales adalah kata dalam budaya England yang berarti “orang luar”. Orang Wales sendiri tentu tidak sudi menamai diri sebagai Wales. Mereka menyebut negerinya Cymru, yang artinya “orang kita”. Duh.

Sedikit ke barat, para mamalia air juga memiliki kerajaan, dipimpin oleh Prince of Whales.

Magic Universe

Wish list:

Magic Universe: The Oxford Guide to Modern Science, Hardcover, 768 pages, 25 September 2003, Oxford University Press, ISBN: 0198507925.

Flying Dutchman

Kalau seorang pelaut tidak memiliki tujuan, maka angin yang bertiup ke mana pun hanyalah ancaman dalam pandangannya, bukan kesempatan, dukungan, atau kemudahan.

Pingin dengerin The Flying Dutchman, sebentarrr aja. Lama nih nggak bersentuhan dengan Wagner.

Perpustakaan Alexandria

If these writings of the Greeks agree with the book of God,
they are useless and need not be preserved; if they disagree,
they are pernicious and ought to be destroyed.
— gitu konon
ujar Umar, sang penguasa muslim, waktu membakar perpustakaan
Alexandria di Mesir.

‘Umar ibn Khatthab yang cerdik dan mulia itu
bisa membakar perpustakaan, dan memberikan komentar jahiliyah
seperti itu?

Cerita dan komentar sinting itu ternyata rekaan Edward Gibbon
dalam buku The Decline and Fall of the Roman Empire (1776-1788),
yang sialnya justru dicuplik di buku The Oxford Dictionary of
Quotations yang masih terbit hingga hari ini.

Dalam sejarah sendiri, tercatat bahwa perpustakaan Alexandria
telah mengalami kehancuran para masa penaklukan oleh bangsa Romawi,
khususnya masa Kaisar Bizantium Theodosius I. Jadi ‘Umar atau
umat muslim mana pun belum pernah menjumpai Perpustakaan Alexandria.

Sejarah juga menegaskan, justru di zaman kekhalifahan muslim itu,
budaya Yunani kembali digali dan diaktualisasikan sehingga suatu
hari kelak memperoleh kejayaannya lagi di Eropa. Perpustakaan2
besar dididirikan dari Baghdad hingga Cordoba.

Tapi memang ada masanya Bangsa Eropa sebegitu antinya melihat
hal2 yang berbau asing. Mikolaj Kopernik (Copernicus) harus
merahasiakan sikap ilmiahnya sampai usia lanjut, akibat takut
dituduh terpengaruh ilmuwan dari Kerajaan Utsmani — hal yang
kemudian terbukti pada Galileo.

Igor Tamm

Yang ini kisah nyata dari Ukraina, diceritakan oleh fisikawan Rusia yang melarikan diri ke US — George Gamow.

Igor Tamm, seorang profesor, hidup di Odessa saat Tentara Merah mulai menguasai Ukraina. Tentara Merah bukannya masuk tanpa perlawanan. Gerilyawan tradisional kossak terus menerus berkelana melakukan gangguan terhadap mereka.

Suatu saat, Tamm mengunjungi desa tetangga, membawa setengah lusin sendok perak, untuk ditukar ayam. Karena pakaiannya masih berbau kota, Tamm ditangkap gerilyawan, dan dibawa ke pimpinan gerombolan: seorang tinggi besar brewok berjanggut lebat dengan topi bulu hitam dan senapan mesin tergantung di dadanya.

“Kamu komunis sialan, mengacaukan tanah air kami Ukraina. Kamu harus mati!” teriak si pimpinan.

“Bukan,” sesak Tamm, “Saya profesor di Universitas Odessa dan cuma cari bakan makanan di sini.”

“Bohong! Profesor apaan!”

“Saya mengajar matematika.”

“Matematika!” teriak si ataman. “Kalau gitu, coba turunkan perkiraan error yang terjadi kalau kita memotong deret MacLaurin pada suku ke n. Kalau bisa, Anda bebas. Kalau gagal, mati.”

Sulit Tamm mempercayai telinganya. Itu pertanyaan salah satu cabang matematika tingkat lanjut. Sambil bergetar di bawah todongan senjata, Tamm mulai menulis, dan memberikan hasilnya pada si ataman.

“Wah betul,” kata si boss itu melunak, “Anda memang profesor. Pulanglah.”

Tamm hidup cukup lama, sampai memenangkan Nobel Fisika tahun 1958. Tapi siapa si boss gerombolan itu? Apa dia akhirnya terbunuh dalam deretan perang dan revolusi di Rusia, atau dia juga mengajar matematika lanjut di salah satu universitas di Ukraina? … :)

Sumpan Pemuda

Bertanah air satu: tanah air tanpa penindasan
Berbangsa yang satu: bangsa tanpa kekerasan
Berbahasa satu: bahasa tanpa kebohongan

Sumpah Pemuda 1998

Padawan

Ada waktu2 dimana tidak mudah bagi kita menentukan posisi kepala, badan, dan kaki. Misalnya waktu latihan jadi Jedi di bawah pengawasan Mr Yoda. Tapi seringkali kasusnya nggak seromantis itu. Misalnya … traffic accident.

Buat seluruh umat manusia di dunia, Selamat Memasuki Bulan Ramadhan. Bulan di mana rahmat, karunia, kasih sayang, dan bimbingan Allah pada umat-Nya dirasakan lebih melimpah dibandingkan bulan2 lainnya. Semoga pada bulan ini, berhasillah upaya kita melakukan improvement pada pribadi2 kita, atas bimbingan melekat dari-Nya, untuk menjadi bekal kita melakukan improvement pada lingkungan kita, atas petunjuk dari-Nya.

Kalaupun tadi aku menyebut2 soal traffic accident, aku yakin itu merupakan satu bentuk perhatian dan sentuhan langsung dari-Nya, agar umat2nya yang bandel ini memiliki waktu untuk mulai melakukan perenungan dalam bentuk yang berbeda. Sungguh Maha Besarlah Sang Maha Penyayang.

Sayangnya, setidaknya seminggu ke depan ini aku nggak bisa ke masjid. Kecuali boleh bawa kursi ke masjid. Lutut belum bisa dipakai sujud secara normal.

Lannion

Yaa gitulah Ann, aku sempat seminggu ke Lannion, belajar teknologi SDH yang waktu itu masih relatif baru, di Alcatel. A nice li’l town, I must admit, biarpun pasti subyektif. Selamat jadi orang Lannion deh. Salam buat Jérôme dan pasukan :).

Lannion, bagian dari Bretagne, waktu itu (mudah2an juga sekarang) masih menjaga budaya Celtic mereka. Sebelum ekspansi bangsa Eropa yang sekarang, bagian barat Eropa memang masih diduduki bangsa Celtic. Tapi kemudian mereka punah, tersisa hanya di kepulauan Britain. Waktu bangsa Eropa masuk ke Britain dan jadi bangsa Inggris yang sekarang, mereka terdesak, tersisa di Wales (Cymru), ujung2 Scotland, Isle of Man, dan tentu Irlandia (Eire). Sebagian lari lagi ke bagian barat Perancis, dan jadi orang2 Bretagne sekarang. Papan2 nama masih bersifat bilingual. Dari arah pantai, tampak papan nama “Lannion/Lannuon” dan sebaliknya “Perros Guirec/Peroz Gireg”, kalau ingatanku nggak salah.

Sekitar akhir Oktober kayak gini lah waktu aku di Lannion. Titik2 air mengambang di udara, lebih kecil dari gerimis tapi lebih besar dari kabut. Dan kalau aku ke pantai pagi2, aku bisa jadi satu2nya orang di pantai selat itu. Nggak tau kayak apa siang2 di sana — kan aku harus training. Sore dipakai jalan2, soalnya kita dipinjami mobil, dan aku kayak biasa jadi navigator. Banyak perbukitan, dan jalan2 berliku. Suatu sore aku ngajak temen2 ke Cosmopolis. Kayaknya pernah aku ceritain di suatu tempat di web ini. Sampai sih, dengan perjuangan berliku sebagai seorang asing :). Tapi udah tutup. Jadi jalan2 di sekitarnya aja.

Ternyata di salah satu tanah kosong di situ, mereka membuat semacam reservasi hunian penduduk Celtic kuno, yang mereka namakan kampung Asterix. Nggak ada boneka Asterix atau lucu2an semacam itu. Tapi ada kampung yang mirip di buku Asterix. Pagar kayu yang agak tinggi. Rumah2 beratap kayu dan daun2an. Cuman aku nggak nemu ramuan ajaib aja. Kalau ketemu juga belum tentu aku berani minum. Mendingan kalau jadi kuat. Kalau badanku berubah jadi naga, gimana coba?

Di Lannion waktu itu nggak ada masjid atau semacamnya. Jadi, di hari Jumat kita harus ke Guingamp untuk cari masjid kecil. Melintas sekitar dua kabupaten.

Aku suka lupa kalau aku lagi nulis di weblog, bukan di email. Udah dulu ah.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑