Pop Corn

Melewati malam insomnix lagi :), pagi dimulai dengan membuka mail. Ada satu dari Technorati: surat pembebasan. Blog kun.co.ro yang sempat diskors Technorati selama beberapa bulan, mulai hari ini sudah boleh beredar lagi di sana. Aku jadi bisa lagi melihat2 blog yang melink ke tulisan2 di sini. Syukurlah tak banyak (dalam arti: jadi tak banyak waktu yang aku pakai untuk melihat2). Rank juga agak turun.

Lalu secangkir kopi. Kali ini mencoba mengenal negeri tetangga dengan mencicipi kopi Thailand. Cukup keras, mengingatkan pada kopi2 Sumatra. Mmm, kenapa ya, kopi Sumatra umumnya keras: Gayo, Sidikalang, Siborong2, Baturaja, Lampung — bikin addicted. Trus punya ide jail: bikin pop corn.

Membuat Pop Corn. Alat & Bahan: Segenggam jagung kering siap dipopcornkan, minyak zaitun, wajan & penutupnya + kompor, serta MP3 La Marseillaise (mudah didownload gratis). Cara membuat: (1) Letakkan wajan di atas kompor, dan tuang minyak zaitun 30cc. (2) Isi dengan biji jagung, dan pastikan semua jagung tenggelam, lalu tutup wajan. (3) Pasang MP3 La Marseillaise cukup keras, dan nyalakan kompor pada posisi api sedang. (4) Nikmati musik mars dengan serentetan jagung yang mulai meledak, sambil membayangkan pasukan Napoleon berperang melawan Stalin (ya, sekedar dalam bayangan, nggak papa lah). (5) Saat suara tembakan berakhir, matikan kompor, biarpun barangkali La Marseillaise belum selesai. Pop corn gosong kurang asik, dan LPG lagi langka. (6) Nikmati pop corn tanpa garam beraroma minyak zaitun sambil menyelesaikan La Marseillaise.

Sambil menyelesaikan La Marseillaise, aku jadi ingat bahwa mars kebangsaan Perancis ini pernah diadopsi. Bukan saja diadopsi oleh Czaikovsky dalam 1812 (atau Dari Sabang Sampai Merauke), tetapi betul2 diadopsi sebagai sebuah lagu kebangsaan oleh Kaum Bolshevik Russia di bawah Lenin. Ya, La Marseillaise dan juga L’Internationale. Tapi tak lama, L’Internationale lebih sering digunakan, dan diadopsi jadi lagu kebangsaan Uni Soviet. Untuk catatan, lirik L’Internationale dirancang untuk dinyanyikan dengan irama dari La Marseillaise juga, sebelum ia akhirnya punya irama sendiri.

Urusan lagu kebangsaan, bangsa Russia punya cerita yang rada unik. Di zaman tsar, negeri Russia pernah menggunakan lagu kebangsaan Tsarya Khrani. Ini adalah terjemahan Russia versi tsar, atas God Save The King dari Inggris. Waktu kaum Bolshevik merebut kekuasaan, mereka mengadopsi Internationale menjadi lagu kebangsaan, yang juga terjemahan Russia atas L’Internationale. Nah, waktu Stalin menggantikan Lenin, dan kemudian jadi diktator, ia merasa Internationale tak lagi sevisi dengannya. Selain ia sibuk melakukan Russianisasi, ia juga khawatir rakyat terdorong berontak kepada Stalin gara2 lagu Internationale, haha. Maka ia mempermaklumkan perlunya mengganti lagu kebangsaan. Dengan kisah yang agak panjang, akhirnya tersusunlah Himne Uni Soviet (Gimn Sovyetskogo Soyuza) pada tahun 1944, dengan musik dari Alexandrov dan lirik dari Mikhalkov dan El-Registan. Stalin sempat mengedit kata2 dalam lagu ini juga. Jadi ada nama Stalin segala di dalam lirik lagu. Duh. Namun diakui, tanpa melihat liriknya, musiknya indah :).

Tapi lalu Stalin tumbang, dan pemujaan atas Stalin dalam lagu kebangsaan dirasa kurang pas. Maka, sejak masa Khrushchev, lagu kebangsaan Soviet dibiarkan dalam bentuk musik saja, tanpa kata2. Ini berlangsung sekitar 20 tahun. Di tahun 1971, Mikhalkov — yang ternyata masih hidup — menulis ulang lirik lagu itu, dan mengajukan usulan. Tapi birokrasi negara komunis adalah yang paling menyebalkan di atas muka bumi. Jadi revisi Mikhalkov baru diresmikan tahun 1977. Dan jadilah Soviet punya lagu kebangsaan yang terkenal itu. Terkenal karena … sering dinyanyikan saat penyerahan medali emas di Olimpiade — orang Soviet masa itu gemar memborong medali. Tentu kita di Indonesia tak terlalu mengenalnya. Di zaman kejayaan Soviet itu, di Indonesia cuma ada TVRI, yang hanya secuplik2 menyiarkan warta luar negeri, dan lebih banyak menampilkan muka Ali Murtopo dan kemudian Harmoko.

Dan kita tahu, lalu giliran Soviet yang tumbang, di masa akhir pemerintahan Gorbachev. Russia, di bawah Presiden Yeltsin menggunakan lagu kebangsaan baru sejak 1991, dengan musik dari Glinka. Tanpa kata2. Juga, di masa itu, kontingen CIS di Olimpiade menggunakan simfoni Beethoven, untuk menunjukkan bahwa mereka tak lagi selalu berwarna Russia. Ini berlangsung sampai Yeltsin digantikan Putin. Saat baru menjabat, Putin menyatakan keprihatinannya bahwa atlit Russia di Olimpiade tampak tak bersemangat dengan hanya mendengarkan musik lagu kebangsaan. Lalu ia menyatakan bahwa Russia perlu lagu kebangsaan baru, yang memiliki kata2. Dari banyak usulan, salah satu yang masuk adalah untuk mengadopsi musik Himne Uni Soviet, dengan lirik yang diperbaharui. Mengabaikan banyak kritik, Putin menyetujui usulan ini. Lalu ia membuat maklumat yang mengajak rakyat membuat lirik lagu kebangsaan. Dan percaya atau tidak, Pak tua Mikhalkovlah — yang ternyata masih hidup juga — yang merevisi lagi lirik lagunya, lalu mengajukannya ke Putin. Dan Putin menerimanya. Pun perlu ada revisi beberapa kali. Tadinya negeri digambarkan bernaung di bawah sayap elang (lambang negara), kemudian diganti menjadi negeri yang diberkati Tuhan. Maka jadilah Himne Russia (Gosudarstvenny Gimn Rossiyskoy Federatsii) yang sekarang. Masih indah.

Dan pop corn sudah habis. Masih ada setengah cangkir kopi Thailand.

30 Comments

  1. aceng!

    Kok bisa kepikiran bikin pop corn pagi-pagi…
    Untuk yang belon tau, percaya gak Mas Kun sudah beristri? sy termasuk yang susah percaya. Bukankah lebih nikmat pop corn dinikamti berdua? apalagi diiringi dengan lagu yg teramat ‘romantik’…

    • Koen

      @Oom Aceng (dengan tanda seru): Susah membayangkan La Marseillaise sebagai lagu Romantik. Kalau jadi lukisan, madzhabnya kali Realisme Sosialis gitu kali ya :).
      Aku lebih susah membayangkan mendengarkan La Marseillaise sendiri atau berdua. Normalnya sih satu batalion. Tapi justru karena aneh inilah, perlu ditulis di blog.

  2. DensS cessario

    Cara membuat: (1) Letakkan wajan di atas kompor, dan tuang minyak zaitun 30cc. (2) Isi dengan biji jagung, dan pastikan semua jagung tenggelam, lalu tutup wajan. (3) Pasang MP3 La Marseillaise cukup keras, dan nyalakan kompor pada posisi api sedang. (4) Nikmati musik mars dengan serentetan jagung yang mulai meledak, sambil membayangkan pasukan Napoleon berperang melawan Stalin (ya, sekedar dalam bayangan, nggak papa lah). (5) Saat suara tembakan berakhir, matikan kompor, biarpun barangkali La Marseillaise belum selesai. Pop corn gosong kurang asik, dan LPG lagi langka. (6) Nikmati pop corn tanpa garam beraroma minyak zaitun sambil menyelesaikan La Marseillaise.

    Hmm… mp3 La Marseillaisenya darimana yah…

    • Koen

      @Denss: Bisa dimulai dari Google, atau Wikipedia, atau Youtube. Tergantung mau mendengarkan dalam bentuk apa. Tapi untuk dicampur pop corn sih, saya pilih yang tanpa kata2.
      Saya cari di Google, dia menyarankan ke marseillaise.org.
      Kalau tidak ada Internet, coba pasang … mmm … Halo-Halo Bandung. Jadi suasananya kayak Bandung dirontokkan pasukan Belanda pengecut itu.
      Kalau tidak ada juga, tak ada salahnya menyanyi sendiri. Semangati hidup :)

  3. enggar

    Hm, pop corn yang enak :). Besok belajar buat pop corn yang manis ya.

    @aceng:
    Sudah dinikmati berdua kok ;-). Bertiga bahkan satu RW :)

    • Koen

      Ya, bahkan bangsa pinguin pun ikut :D

  4. dhani

    Susah membayangkan La Marseillaise sebagai lagu Romantik? Gimana dengan “All You Need Is Love” nya John Lennon/The Beatles? Intronya kan juga diadaptasi La Marseillaise.

    • Koen

      Duh, Mr Dhani, apa sih yang nggak tahu, haha :).
      Kacau nih, jadi aku terpaksa ngedengerin Beatles sekarang.

  5. Mihael Ellinsworth

    Jadi bahasannya Popcorn atau Lagu kebangsaan Komunis ? :-?

    • Koen

      Apa aja. Surat berjudul Sapi Betina juga tidak banyak bercerita tentang sapi kok :). Dan tentu jarang yang mengidentikkan La Marseillaise atau Himne Russia yang sekarang dengan komunisme. Yang jadi hantu sebenernya bukan komunisme sebagai ide (yang sudah ketinggalan zaman), tetapi minat para diktator untuk memperluas kekuasaan dengan berbagai cara, incl Stalin dan penerusnya, hingga yang ditakutkan terjadi pada Putin masa kini. Dan ini bukan monopoli kaum komunis. Secara individu masih ada Hitler, Saddam, Soeharto; secara berkelompok ada kaum zionist dan fascist.

  6. deniar

    Screen shotnya donk Om ! :D

    • Koen

      Kayak blognya Gita itu? Yang memakan korban sekian puluh juta orang jadi kelaparan hanya dengan melihat foto makanan di dalamnya? Mmmm, nggak deh :).

  7. indra kh

    Sekali-kali cobain ngopi ditemani makanan2 peninggalan jadul, asyik juga. Tadi pagi nyoba kopi luwak plus katimus (kukusan parutan singkong plus gula aren) yang biasa dijual oleh penjual bajigur, rasanya lezato juga. Cuman kalau MP3 nya tetap La Marseillaise kurang pas juga sih, hihihi

    • Koen

      La Marseillaise kan cuman untuk mengiringi ledakan pop corn :). Nggak enak lah untuk menikmati suasana pagi atau sore yang tenang :) :).

      • Aceng!

        Ooo… kalau begitu saya sedikit mengerti. Ini barangkali semakna dengan bedug di mushala jaman dulu. Semangat! (tuh kan dengan tanda seru!)

        • Koen

          DAn buat aku, hujan deras selalu paling pas diiringi Chopin

  8. orca75

    Nikmati musik mars dengan serentetan jagung yang mulai meledak, sambil membayangkan pasukan Napoleon berperang melawan Stalin

    nggg….
    bang perasaan napoleon sama stalin beda jaman deh
    ato gue yang salah nih ?

  9. orca75

    nggg… bang, perasaan Napoleon (18XX) dan Stalin (19XX) beda jaman kan ?

    • Koen

      Ya, welcome to my blog, tempat hal2 seperti ini banyak terjadi. Diteliti deh di entry-entry lain :). Kata kuncinya tentu adalah: ya, sekedar dalam bayangan, nggak papa lah. Jangan lupa, komposisi Czaikovsky 1812 yang disebut di atas itu adalah untuk mengenang serbuan Napoleon ke Russia, di tahun 1812 :) — kegagalan yang terulang saat Jerman menyerang Russia di zaman Stalin. Tentu orang yang nulis panjang lebar tentang sejarah dari La Marseillaise hingga Gosudarstvenny Gimn Rossiyskoy Federatsii, melesetnya seharusnya nggak akan sampai berabad2 kan? :D

      Sialnya, aku pas baru mau nulis “Saat Wagner menggubah Mahabarata” :D

  10. Anis

    Gak cuma postingnya yg rasa popcorn. Tp komentarnya juga. Tumben sang penulis rajin menjawab komentar satu persatu. Dg urutan yg berantakan, tdk jelas yg mana menjawab yg mana. Ngomong2 soal surat Sapi Betina, secara aku (rada) telmi, agak lama baru aku sadar bhw yg dimaksud adalah Al Baqarah. Kirain semacam judul novel dr Eropa Timur jg.

    • Koen

      @Anis: Yang belum berubah adalah bahwa comment tetap dimoderasi. Akismet tak sakti. Dari 20-an comment, barangkali hanya 2-3 yang valid, dan sisanya spam yang lolos Akismet.

  11. warmorning

    ..hm. masaknya saja penuh seni, uhm pernah nyoba kopi timor mas ? rasanya aneh :D, saya minta ijin nge-klin ya, thx mas koen

    • Koen

      Makasih :), untuk link dan kopi timornya. Eh, mana kopinya?

  12. Anis

    Wah ternyata tampilan komentar yang gak ngurut itu karena aku bacanya dari HP. Begitu aku baca di PC, semua terurut rapi. :-)

  13. erly

    La Marseillaise aslinya berapa stanza pak? :)

    • Koen

      Ntar kita cari jawabannya di Leiden ya :).
      Yang versi aku dengar pagi kemaren sih 3 stanza.

  14. Echi

    Menikmati La Marseillaise, membayangka popcorn …

    *Ah, lapar.

  15. kuke

    *ciiiitttt.. nge-rem.. mo kasih comment*

    Sesi pop corn.. La Marseillaise

    Sesi malam insomnix.. apa??

    Hujan deras dengan Chopin??
    Emh.. Chopin kan bisa buat sesi angin, pelangi, hujan2an (yang hujannya ga deras) he..he..

    *kabuurrr lagiii..*

  16. warmorning

    .. kopi timor itu waktu sekolah di sby, itu juga dikasi kawan yg seoarang barrista :D .. satu kos cuma saya yg sukses minum satu gelas sampe abis, yg laen.. ngeliat saya minum saja mukanya sudah aneh hehe

  17. NN

    Sebenernya “dari sbg smp mruke” yg jiplak lagu/atau
    “La Marseillaise” yg jiplak lagu sih…!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑