Secangkir (segelas besar –red) kopi Sumatra hangat (sangat panas –red) membuka pagiku. Badan kubasuh habis sambil kafeinnya mulai masuk ke darah (jiwa-jiwa pecandu –red). Batik coklat berlengan pendek kukenakan. Dan peci Aceh. Peci :). Aku biasanya nggak suka penutup kepala, tapi peci ini nyaman sekali. Kalau yang pakai tokoh macam Soekarno, benda ini bikin wajah jadi sangar. Kalau aku yang pakai, kenapa malah jadi tampak beradab?
Dulu, upacara bendera itu jadi semacam gangguan bulanan. Mengganggu produktivitas. Tapi setelah dilakukan setahun sekali, ini jadi hal yang ditunggu2. Mendengarkan Pembukaan UUD, yang syukurnya belum diamandemen. Pembukaan ini bikin kagum. Tata penyusunan bahasanya menunjukkan bahwa teks ini dibuat sebelum kaum2 half-educated menguasai media massa dan birokrasi seperti saat ini. Disusul mendengarkan pengarahan EGM. Beliau memiliki gaya ketegasan yang menarik. Sayang beliau sebentar lagi pensiun. Lalu ditutup dengan mendengarkan lagu-lagu mars (dasar Wagnerian –red).
One fine day, aku pikir. Aku berencana menghabiskan satu hari di kantor. Memberikan sentuhan manusiawi pada hal2 yang selama ini dikebut dikejar tenggat waktu. Bukan maniak kantor sebenernya, tapi memang kebagian piket hari ini :). Tapi gagal. Aku malah harus ke Jakarta. Peci Aceh yang masih aku kenakan harus disimpan kembali.
Well, setidaknya, aku sempat menikmati sebuah kebanggaan jadi Bangsa Indonesia pagi ini. Mudah2an di pagi2 yang lain. Aku bangga bangsa ini.
ternyata,
dapat juga upacara bendera
dipandang sebagai salah satu nikmat,
nikmat dari yang Maha Kuasa,
karena ternyata,
gak semua orang punya kesemaptan seperti itu . .. :)
berdiri,
berbaris rapi,
khidmat,
menatap dengan berbagai rasa
bendera bangsa, di naikkan, dengan iringan
lagu, yang lagu kebangsaan pula …
betul2 indah …
dan,
moga2, doa mas koen dapat dikabul
bahwa di pagi2 yang lain, kita dapat menjadi bangga
menjadi bagian bangsa ini,
(bangsa indonesia?)
Ada kenikmatan tersendiri menjadi bangsa Indonesia yang tidak akan didapat di negara lain