Candaan berjudul “le jardin sous la pluie” — mencontek satu simfoni Debussy — langsung jadi kenyataan di kota ini: Bogor. Hujan mewarnai setiap siang. Syukurlah kota ini masih mengampuni para pengungsi seperti kami dengan membiarkan malam berlangsung tanpa hujan: hanya angin dingin menerjang dari lembah berkerlip ribuan lampu. Mesin2 boleh tak henti menderu di kota yang akan tercaplok konsep megapolitan ini. Tapi kehijauan yang masih dipertahankan masih dapat menaungi hati yang mencari kesejukan.
Bogor. Mudah2an ada Bogor2 lain lagi tahun ini. Dan berikutnya, tentu.
ada, ungaran…. ha ha ha
tiap hari hujan sama seperti bogor… :)
iya, bogor memang hijau, apalagi di pusat kotanya.
di daerah2 pinggirannya juga hijau. bukan sama pohon, tapi sama angkot.