Melaksanakan kurban, dan mengenang kisah Ibrahim secara umum, setiap tahun digunakan sebagai upaya memaksa kita menggugat logika linear kita; dan sejenak memahami kebesaran Allah dan kebesaran manusia yang nyaris tidak pernah kita sadari. Ketika Allah berkenan melakukan komunikasi yang nyaris verbal, kita dipaksa melihat realita yang dicoba untuk dilupakan oleh tata wacana kita.

Tapi hari ini kita dipaksa menyaksikan. Orang-orang yang paling dikasihi Allah justru adalah orang yang batinnya paling banyak disiksa. Para penegak kebenaran memang dipaksa diceraiberaikan. Semesta tidak dibuat untuk ditata rapi dengan mudah, tetapi justru untuk menyaksikan sejauh mana kita mau menjalankan kehidupan ini dengan tanggung jawab yang diberikan pada kita.

Dan akhirnya, untuk menunjukkan rasa kasih kita, kita harus menumpahkan darah.