Mas Luthfi yang berwajah ramah itu menyambut, “Eh Mas Koen, saya baru baca namanya
aja dari email di Kibar.” Akhirnya, ketemu juga dengan si mas yang tulisannya selalu
jernih ini, yang beberapa kali ditanyain Harry Sufehmi ke aku. Sebelumnya, aku pikir
Idul Fitri hari ini bakal jadi hari-hari Coventry yang seperti biasa. Tapi sekitar
perumahan Mas Luthfi, banyak hiasan bergantungan menghias lampu jalan, dengan
tulisan Id Mubarak di mana-mana.
Di dalam rumah Mas Luthfi, aku jadi tahu bahwa aku salah lagi. Idul Fitri hari ini
sama istimewanya dengan Idul Fitri di tanah air. Perbincangan yang hangat, kue-kue
nastar dan kacang, dan berbagai makanan istimewa (yang entah kenapa sama Mbak
Luthfi cuma disebut sebagai “pecel”). Duh, kenapa Idul Fitrinya baru sekarang ya,
waktu udah mau pulang :).
Nggak lama, kita semua terkapar kekenyangan dan keenakan. Teringat bulan Ramadhan
yang lewat dengan berbagai hikmah batinnya, yang selalu ditutup dengan keriangan
jiwa-jiwa yang fitri dan tersucikan. Mudah-mudahan bisa bersua lagi dengan
Ramadhan tahun depan.
Tapi orang-orang Warwick ternyata nggak bisa berhenti. Abis makan belasan macam
makanan sedap itu, jiwa Viking mereka bangkit, dan kue-kuenya dibungkusi. Waaaaaa,
di tanah air nggak ada lebaran pake ngebungkusin kue. Viking! Mas Luthfi yang
ramah sih senyum lebar. Heran, dirampok habis-habisan malah riang. Namanya juga
jiwa yang fitri.