Mungkin menarik untuk belajar sejarah dari sisi yang berbeda. Berbeda memang bukan berarti lebih benar dari versi mainstream, tapi setidaknya kita bisa menyusun perbandingan secara lebih bebas.
Contoh yang sangat klasik itu Ramayana, yang dari sisi lain merupakan gerakan nasionalisme bangsa Alenka (sekarang Shri Lanka) melepas diri dari pengaruh India. Perbedaan fisik antara bangsa Aria India, suku-suku Dravida India, dan bangsa Srilanka digambarkan di Ramayana dengan perbandingan manusia, monyet, dan raksasa. Keterlaluan juga orang India, masa sekutunya sendiri dilambangkan sebagai monyet.
Juga di PD II, selalu digembar-gemborkan kematian jutaan Yahudi, padahal etnik terbanyak yang mati adalah Russia, yang mencapai belasan juta (dan itu dijadikan alasan buat Stalin untuk membuat daerah buffer di luar Uni Soviet).
Tapi di luar itu, para fisikawan malah menyusun eksperimen untuk menentukan: apakah sejarah (history) itu ada? Ini tidak berkait langsung dengan pernyataan Bertrand Russel bahwa dunia baru diciptakan tiga menit yang lalu lengkap dengan manusia berjumlah sekian miliar dengan memori yang komplit di otak masing-masing. Ujikaji yang dirancang akan menentukan betulkah ada kontinuitas dalam interaksi. Kalau tidak ada kontinuitas, bahkan candaan Russel pun salah. Dunia yang sekarang tidak ada satu detik yang lalu ;). Setidaknya dalam artian yang bisa diandalkan.
Lalu pak tua Iosif Vissariodovich menggerutu: terlalu banyak yang dijelaskan tentang dunia — yang penting itu bagaimana cara mengubahnya.