Tag: NGMN

LTE: Long Term Evolution

Awal tahun ini, Telkomsel menjadi operator seluler pertama di Indonesia yang menyatakan mulai mengimplementasikan LTE (long-term evolution). Blog ini pernah membahas LTE, bersama dengan UMB dan WiMAX II, sebagai kandidat 4G. Namun LTE dianggap paling siap melangkah untuk mengarah ke 4G. 20 operator di dunia, merepresentasikan 1,8 miliar subscriber, telah menyatakan komitmen ke LTE; termasuk NTT Docomo, China Mobile, Vodafone, Verizon, T-Mobile, dan AT&T. NGMN Alliance mengakui LTE sebagai teknologi pertama yang memenuhi kualifikasi NGMN. Dan akhirnya Qualcomm – yang menjadi pendukung utama UMB – memutuskan ikut mendukung LTE alih-alih meneruskan UMB.

LTE, bersama dengan SAE (service architecture evolution), adalah inti kerja dari 3GPP Release 8. Inti atau core LTE disebut dengan EPC (evolved packet core). EPC bersifat all-IP (semua IP, dan hanya IP), dan mudah berinterkoneksi dengan network IP lainnya, termasuk WiFi, WiMAX, dan XDSL. LTE juga diharapkan mendukung network broadband personal, dengan memadukan layanan mobile dan fix. User tak harus menunggu network yang lebih stabil, misalnya untuk upload file video. LTE harus siap secara teknis (dan ekonomis) untuk menampung trafik yang dinamis dari Web 2.0, cloud computing, hingga beraneka macam gadget. ABI Research memproyeksikan bahwa perangkat seperti kamera, MP3 player, video, dll yang dilengkapi kapabilitas network akan mendekati jumlah setengah miliar unit pada tahun 2012.

Trafik yang tinggi dan dinamis itu mengharuskan penggantian kembali sistem transmisi. Dari TDMA di 2G dan CDMA di 3G, teknologi 4G akan menggunakan OFDMA, yang sekali lagi akan meningkatkan efisiensi spektrum. Kecepatan rerata berkisar pada 15 Mb/s dengan delay 15ms, walaupun nilai maksimal diharapkan dapat mencapai di atas 200Mb/s pada bandwidth 20MHz. Ya, LTE bisa bekerja pada bandwidth 1.4 hingga 20 MHz.

Akses radio akan berdasarkan penggunaan kana bersama sebesar 300Mb/s pada arah turun dan 75Mb/s pada arah naik. Jika pada 2G/3G, akses radio akan terkoneksi pada circuit-switched domain, maka E-UTRAN pada LTE hanya akan terkoneksi pada EPC. Akses radio teroptimasikan untuk trafik IP.
SAE, berbeda dengan sistem sebelumnya, hanya memberikan dua node pada user plane: base station (disebut eNodeB) dan gateway. Jumlah dan jenis persinyalan diminimalkan. RNC (radio network controller) dimasukkan sebagai satu fungsi dalam eNodeB, yang menjadikan proses handover dikelola sepenuhnya oleh eNodeB – mirip UTRAN pada 3G.

LTE akan digelar pada beraneka band spektrum. Diharapkan band baru 2,6GHz dapat digunakan, karena kapasitasnya memungkinkan untuk penyediaan band hingga 20MHz. Namun LTE juga bisa digelar pada band bekas GSM di 900MHz dan 1800MHz.

Barangkali pas kalau LTE kita jadikan tema IEEE Lecture Roadshow tahun ini. Tapi tebak: Flexi nantinya ke mana? Ikut ke LTE menemani Telkomsel, atau ke WiMAX II?

Service Delivery Platform

Konvergensi bahkan telah menjadi kata kunci sejak akhir abad lalu. Namun hingga kini, belum seluruh aspek komunikasi (network, service, content) terkonvergensi. Diharapkan sih, saat kita memasuki deployment 4G pada 2012-2015, seluruh aspek telah terpadukan, termasuk personalisasi layanan dan pervasiveness. Bertahap, dalam sesi2. Tantangan pada sesi ini adalah SDP: service delivery platform (tapi memang, ada banyak kepanjangan SDP di network engineering — huh).

IMS memberikan arsitektur yang lengkap, dari level transport data, kontrol, persinyalan, hingga service dan aplikasi. Ini adalah platform untuk next generation (mobile) network, sebagai penerus jaringan telekomunikasi masa kini. Namun di sisi lain, bersama dengan mulai diimplementasikannya IMS ini, telah tumbuh juga layanan2 Internet dengan dinamikanya sendiri: Web 2.0, multimedia streaming, IPTV. Yang terasa misalnya bahwa pembicaraan tentang 3G-mobile jadi lebih sering berfokus pada bandwidth dan resource terkait, yang bisa jalan dengan atau tanpa IMS. Terbentuk arsitektur terpadu tersendiri dalam penyampaian layanan Internet ke user. Ini kadang disebut sebagai IT-based SDP. Seolah ada dua kutub: IMS dan IT-based SDP.

Beberapa risalah di IEEE mengkaji praktek2 terbaik dari kedua macam network, termasuk percobaan untuk meramu IMS-based SDP. Hey, jangan lupa, next-generation IMS juga mendukung RTSP dan HTTP loh :). Di bawah ini salah satu arsitektur yang disarankan, untuk menyediakan SDP yang efektif untuk IT services masa kini, sekaligus comply terhadap IMS.

Layer-layer pada arsitektur SDP ini dapat dipetakan pada plane-plane IMS. Bukan hanya untuk menjamin keterpaduan layanan-layanan Internet dan NG(M)N; tetapi juga untuk memastikan bahwa deployment IMS nantinya akan langsung menapak tepat pada aplikasi yang aktif dan dinamis digunakan user saat ini, tanpa mengharuskan migrasi skala besar.

Tapi tentu, network engineering itu ilmu dan sekaligus seni. Penataan arsitektur network tak dapat diringkas dengan sebuah buku resep, setebal apa pun bukunya. Komunikasi adalah tools bagi user, dan mencerminkan dinamika user yang beraneka ragam. OK, saatnya merancang SDP untuk network & lifestyle kita sendiri :)

ITS

Hari Rabu lalu, seangkatan mahasiswa ITS mengunjungi Telkom Divre III. Seperti biasa, sebagai pihak yang paling tidak sibuk di kantor, aku ditugaskan untuk memberikan knowledge sharing. Agak menyesal sih, secara aku pikir mereka akan lebih senang kalau diknowledgesharingi oleh kakak kelasnya, alumni ITS, yang masih inflasi di divisi kami ini. Aku sendiri masih menjadi anggota dari Ikatan Alumni Non-Institut :). Hey, IEEE dan IET memang institut, tapi nggak ada istilah alumnus di sana.

Mahasiswa ITS yang datang sejumlah 70an. Biar Nining (sebagai EO dan MC) yang memberikan angka pastinya. Aku ditemani Pak Epi Rivai. Atas info dari PR, knowledge sharingnya berjudul Teknologi Telekomunikasi Masa Depan. Isinya jadi NGN dan NGMN lagi. Tapi nggak sampai services. Kelamaan nanti :). Tentu dengan menceritakan langkah awal Telkom Group menuju ke sana, serta target Insynch 2016. Plus versi2 mobilenya, baik 3GPP maupun 3GPP2.

Tanya jawab aku bikin jadi format diskusi, dengan mengembalikan pertanyaan dari mahasiswa untuk dijawab mahasiswa lainnya. Jadi lebih seru :). Alhamdulillah, demam panjang dan asthma yang mengiringi dua minggu ini bisa disembunyikan sebentar. Juga kebiasaan pelupa bisa dieliminasi.

Tapi, sekarang kok malah kambuh lagi ya. Demamnya, bukan pelupanya :(

Trisakti

So sesuai rencana, aku sedang berada di Universitas Trisakti (Grogol, Jakarta) hari ini. Judul acaranya IEEE Distinguished Lecture on Mobile Telecommunications and Enery Efficient Systems. Ini merupakan bagian dari Dies Natalis Universitas Trisakti. Undangan untuk acara ini diterbitkan oleh Jur Teknik Elektro, Fak Teknologi Industri. Acara dibuka oleh Ibu Ir. Docky Saraswati, MEng, dekan FTI; dan Bapak Ir Chairul G Irianto, MT, Kajur Tek Elektro pada pukul 9.00. Wuih, jadi rajin nulis gelar. Udah ah.

Seperti biasa, presentasi dalam IEEE Roadshow dimulai dengan mengenalkan kembali IEEE; oleh Mas Ary (Chairman of Indonesia Comsoc chapter). Dan berikutnya aku memaparkan tema Next Generation Mobile System, yang berisi ringkasan aspek2 dalam komunikasi mobile masa kini ke depan, baik network maupun servicenya. Di network ada quality of service (QoS), di service ada quality of context (QoC).

Hall di Gedung F-G Kampus A itu penuh sesak. Rupanya kuliah umum ini diwajibkan oleh pihak jurusan kepada Mahasiswa Elektro. Umumnya mahasiswa yang hadir dari Semester 6 ke atas: sudah cukup kritis, tetapi tetap bergaya sopan. Barangkali karena ada Kajur di antara mereka, haha. Puluhan pin IEEE yang aku bawa dari Bandung kelihatannya kurang cukup, jadi akhirnya dibagikan hanya ke penanya, panitia, dan peminat IEEE.

Acara berakhir pukul 12.00. Lalu ramah tamah di Kantor Jurusan Elektro, dan kunjungan ke Lab Telekomunikasi. Hmm, terasa sangat singkat, dan kami meluncur ke Bandung lagi. Sekitar Purwakarta, hujan deras sekali. Nyaris tak nampak apa pun di luar jendela. AWGN :p

NGMS

Tadinya judulnya mau next generation mobile services. Tapi Mas Ary minta lebih dari service. Haha, service pun bisa beberapa jam, kalau aku dikasih waktu sebanyak itu. Tapi, OK, akhirnya jadi next generation mobile system. Biar masih NGMS. Masih bagian dari rangkaian IEEE roadshow dan knowledge sharing setelah Surabaya bulan lalu. Sayangnya belum sampai ke luar Jawa. Mungkin Mas Ary dan Mas Arief menunggu ada permintaan.

Dengan beralih dari service ke system, aku harus menambahkan soal network. Maka, NGMN, seperti yang pernah sempat diulas di blog ini juga. Tentu NGMN layers yang mengadopsi berbagai metode akses itu akan disinggung juga. Tapi di sisi ini, aku tergerak membahas kandidat-kandidat yang sedang dipertimbangkan oleh ITU untuk menjadi standard 4G.

Lebih jauh soal ini, aku tulis ringkasannya dwibahasa di Telkom.info dan blog Network. Intinya ITU menghendaki transmisi dengan OFDMA (versi multi-user dari OFDM). Tentu diharapkan semua informasi sudah dialirkan sebagai data paket berbasis IP, dari ujung ke ujung (seharusnya ini terlaksana untuk 3G, tetapi kelihatannya waktu itu belum mungkin). Tiga kandidat itu diajukan oleh Ericsson dan kelompok 3GPP serta kubu GSM-nya yang mengajukan LTE (long-term evolution); Qualcomm dan kelompok 3GPP2 serta kubu CDMA-2000-nya yang mengajukan UMB (ultramobile broadband); serta kelompok WiMAX yang mengajukan WiMAX II (IEEE 802.16m). 802.16m ini pengembangan dari 802.16e yang telah memiliki mobilitas terbatas.

Trus … kembali ke soal services :). Tapi sementara itu, malah ada undangan ikut demo dalam rangka menyemarakkan percepatan pembukaan Kode Akses SLJJ. Kayaknya menarik juga. Mudah2an aku nggak jadi baik Franz maupun Sabina, yang harus terjebak kitsch berwujud demo, pawai, acungan tangan, di bawah pemerintahan sarang kitsch di republik yang indah ini. Ah, nggak lah.

IEEE Knowledge Sharing

Di Tunjungan Plasa, aku menemui satu kopi yang belum tertemui di kafe2 Starbucks Bandung: Kopi Timor. Judulnya Komodo Dragon, dengan logo merah hitam seram. Tapi kita mulai cerita ini dari latar belakangnya.

IEEEWaktu aku menulis tentang rencana IEEE di Surabaya, yang sedang kami bahas adalah sebuah seminar yang cukup luas. Jadi waktu Mas Muhammad Ary Murti (chairman of Indonesia IEEE Comsoc Chapter) meneleponku, aku pikir kita akan mulai soal ini. Tapi ternyata judulnya lain. Ini acara mini IEEE Knowledge Sharing saja, dengan tiga speaker: Mas Ary tentang IEEE, Arief Hamdani Gunawan tentang teknologi BWA, dan aku tentang business aspect-nya. So, aku iyakan saja. Dan singkat cerita aku kemarin menjejak Surabaya.

Surabaya itu, ok, keren. Tapi aku cerita seminar aja ah. Knowledge Sharing ini dilakukan di Gd Rektorat ITS hari ini (5 November 2007), di Hall Lt 3. Audience dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya. Penyelenggara adalah Mas Daniel dari Fakultas Teknologi Informasi ITS.

Pada sesi pertama, Mas Arief (chairman of IEEE Indonesia section) membahas IEEE secara umum, termasuk kegiatan society, standard yang dihasilkan, dan kesempatan2 yang bisa diperoleh. Lalu Mas Ary memfokuskan tentang Communications Society dan hal2 yang bersifat akademis, termasuk kerjasama dll. Trus break.

Setelah break, ternyata Mas Arief harus kembali ke Jakarta untuk memperjuangkan soal kode akses melawan orang2 aneh dari BRTI (selamat berjuang ya, demi bangsa dan tanah air). Jadi di sesi ini aku akhirnya membahas bukan saja business aspect, tetapi juga beberapa technology breakthrough. Bahan2 diskusi adalah tema2 yang akhir2 ini sering didiskusikan, bukan saja oleh Communications Society, tetapi juga oleh Computer Society. Interworking 3G dan WiMAX, NGMN, Daidalos project (biarpun tidak aku sebut namanya), context awareness, augmented reality. Hmm, apalagi ya. Feedback dan sharing dari audience cukup menarik dan beragam; dan Mas Ary harus membantuku menjelaskan kegiatan2 yang bisa kita lakukan ke depan.

its-01.jpg

Acara baru selesai waktu halaman rektorat ITS tak berasa panas lagi. Dan aku pikir, cukup pas kalau secangkir kopi dinikmati sebelum matahari benar2 tenggelam. Jadi …

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑