Tag: Cardiff

Le Royaume Uni

Alkisah, Presiden Blogger Indonesia 2009, Iman Brotoseno mendadak menanyai apakah aku berminat terbang ke London. Mungkin keseringan mendengar mars Rule Britannica, aku langsung menjawab dengan SMS satu kata: Deal. Lalu Mas Iman merinci syarat dan ketentuan. Air Asia akan menyediakan tiket penerbangan, dari Jakarta-Kualalumpur, dan Kualalumpur-London, dan arah balik. Tapi hanya itu yang akan disediakan. Pajak, akomodasi, visa, dll, harus ditanggung sendiri. Dan seterusnya. Bagian ini sudah aku ceritakan di blog satunya.

Aku meluangkan hanya beberapa jam untuk membuat rencana perjalanan. Pekerjaan berikutnya adalah mengajukan visa ke UK. Syarat-syarat terdengar berat, tetapi ternyata tak sulit dilalui. Lalu aku mulai memesan tiket kereta api, bis, hingga akomodasi hotel. Konon, terutama untuk kereta api, tiket kereta api jauh lebih mahal jika kita memesan mendadak atau membeli di tempat. Tiket pesawat diperoleh setelah pajak-pajaknya dibayar. Pihak-pihak Air Asia sangat ramah dan cekatan membantu kami mengurus tiket-tiket ini.

Kami berangkat di pertengahan April. Tapi di tanggal yang salah. Tak satu hari lebih cepat atau satu hari lebih lambat dari ditutupnya Stansted dan kemudian seluruh airport di UK dan kemudian seluruh airport di mayoritas negeri di Eropa, akibat abu dari letusan gunung Eyjafjallajökull di Iceland. Kami sempat terdampar di Kualalumpur tanpa informasi yang memadai. Setelah beberapa hari di KL, akhirnya kami kembali ke Indonesia. Setelah abu mereda, perjalanan direncanakan kembali. Tak semudah rencana semula. Semua tiket kereta api dinyatakan hangus, tiket bis akhirnya dinyatakan hangus juga, tetapi akomodasi hotel bisa dijadwalkan kembali. Rescheduling tiket di Air Asia amat sulit. Tapi kami tertolong oleh PIC yang menangani sponsorship perjalanan ini. Namun, karena tiket Jakarta-Kualalumpur telah kami pakai, kami harus membeli kembali tiket baru Jakarta-Kualalumpur.

Rencana final perjalanan ini (Revisi D) adalah seperti ini: Stansted -> Cardiff -> Coventry -> York & Thirsk -> London -> Stansted

Rincian rencana per tanggal:

  1. Stansted – London – Cardiff dengan coach. Menjelajahi kota Cardiff dan menginap di Ibis Cardiff.
  2. Pagi masih di Cardiff. Lalu coach Cardiff – Birmingham. Berjalan-jalan sebentar di Birmingham, lalu naik bis atau kereta lokal ke Coventry. Menginap di Ibis Coventry Centre.
  3. Menikmati hari di Coventry.
  4. Berjalan2 ke luar kota Coventry (Warwick, Leamington, Stratford, atau lainnya). Malam dengan coach pergi ke Leeds lalu ke York. Menginap di Ibis York Centre.
  5. Pagi di York, lalu dengan transport lokal ke Thirsk. Hello Darrowby. Sore balik ke York.
  6. Pagi di York, lalu dengan coach ke London. Menginap di Wisma Siswa Merdeka :).
  7. Ke Greenwich dan berkeliling London.
  8. Pagi meneruskan menjelajah London. Sore ke Stansted, lalu terbang meninggalkan UK.
  9. Sampai di Jakarta.

Ini waktu yang menarik untuk berada di UK. Rakyat di sini tengah menyiapkan diri menghadapi pemilu besok. Diperkirakan akan terjadi peralihan kekuasaan dari Partai Buruh ke Partai Konservatif lagi. Mudah-mudahan ini tak menjadikan Inggris sekaku zaman aku pertama kali menjejakkan kaki di sini. Udara musim semi menarik. Suhu masih dingin menggigilkan. Sinar matahari langsung akan menghangatkan. Tapi selapis awan tipis atau atap penghalang cukup untuk menghilangkan hangatnya radiasi, dan mengembalikan kita ke dinginnya suhu udara. Bunga-bunga sudah bermekaran beraneka warna di setiap kota. Tupai-tupai sudah mulai berlompatan di taman mencari makan (makanan simpanan musim dingin sudah habis atau rusak, sementara biji baru belum banyak tumbuh di pohon). Penduduk dan turis sudah meramaikan kota dengan keceriaan. Waktu sudah disetel ke summertime (UCT +1 atau WIB -6). Pun matahari baru tenggelam di atas pukul 20:00.

Beberapa tweet account yang memberikan info tentang kota atau negeri tujuan jalan-jalan ini:

So, here we are!

Croeso i Gymru, Croeso i Gaerdydd

April berganti Mei, dan aku melewatkan tengah malam berpurnama itu di fasilitas UK Border. Biasanya kita menamainya loket imigrasi. Tapi petugas di dalamnya terlalu ramah untuk sebuah loket jawatan pemerintah. Setelah bincang singkat itu, kami masuk ke baggage claim di Stansted Airport. Melaporkan diri sejenak ke Twitter, kami membeli £££, melontar ke bus station di bawah, lalu meluncur ke Victoria.

National Express dengan kejam menurunkan kami di halte di jalan gelap di Victoria. Bukan di dalam coach station. Malam beku, dan aku belum siap dengan lapisan2 baju hangat. Berjalan 3 blok, kami masuk ke coach station. Si coach mengikuti kami, haha. Prosedur atau pelit? Victoria coach station sendiri terlalu beku untuk diceritakan. Sepasang pengunjung yang seperti kami menyelamatkanku dari pencuri yang sudah mengambil tasku yang berisi seluruh tiket dan sebagian cadangan cash.

Dua coach membawa para penumpang ke Cardiff. Satu melalui Newport (Casnewydd), dan satu langsung. Langit mendadak cerah. Berlapis awan menampilkan langit bersuasana holografik berlatar biru lembut. Padang rumput dan canola; peternakan sapi, kuda, dan domba; rumah2 petani dan kota2 kecil, membuatku ingat bahwa aku akan ke Darrowby beberapa hari lagi. Lamunan terputus saat coach melintasi sebuah jembatan yang membelah Bristol Channel. Di ujung jembatan sebuah tanda menyambut ramah: Croeso i Gymru. Selamat datang di Cymru.

Cymru adalah negeri di bagian barat Britania. Ia satu dari 4 negara yang bergabung dalam United Kingdom, menemani England, Scotland, dan North Ireland. Nama Cymru kira2 berarti negeri kami, dihuni oleh Cymraeg, bangsa kami. Orang England menyebutnya Wales, yang berarti negeri asing. Aku pernah menulis tentang ini di salah satu blog tahun 2001 dulu. Tentu saja penduduk di sini berbahasa Inggris. Mereka hanya sedang mengobarkan kembali budaya Wales.

Perlu hampir 1 jam untuk akhirnya menjangkau pusat dari ibukota Cymru: Caerdydd (Cardiff). Kota ini berawal dari fort Romawi tahun 55, lalu memperoleh pengaruh Viking dan Norman juga. Tahun 1091, puri Cardiff dibangun. Akhir abad ke-19, kanal Glamorganshire dibangun untuk memudahkan ekspor batubara. Cardiff jadi pusat ekspor batubara dunia. Lalu akhirnya dijadikan ibukota wilayah Wales. Sempat menurun tahun 1970an, Cardiff bangkit dengan gaya barunya sebagai kota Eropa abad 21. Hampir setengah pekerjaan di Cardiff bersifat sarat ilmu (knowledge intensive employment).

Selesai menyesap suasana dan budaya Cardiff di kawasan pejalan kaki, kami meneruskan langkah ke Cardiff Castle (Castell Caerdydd). Eh, kenapa ingat Faber Castell ya? Dengan £10, tiba2 kita melihat keajaiban. Sekilas, puri ini tak tampak berbeda dengan puri Britania lainnya. Tapi masuk ke dalam, kita akan melihat ornamen luar biasa, dari ruang keemasan dan kemerahan, motif2 geometris bernuansa Arab, narasi biblical. Sungguh tak terbayangkan. Unik. Di dalam kompleks puri ini, ada juga benteng perlindungan. Yang ini standard bentuknya.

Dari puncaknya kita bisa melihat keindahan seluruh Cardiff: daun musim semi yang menampilkan seluruh spektrum hijau coklat kuning kelabu, bangunan dari berabad sejarah Cardiff (termasuk millenium stadium yang masih baru), dan deretan pengunungan di kawasan South Wales ini. Rasanya enggan turun.

Kembali ke kota, aku baru ingat membeli nomor telefon lokal. Aku ambil satu dari O2 dan satu dari Orange. Keduanya menawarkan unlimited access untuk pembelian topup £10. Simcard gratis. Ah, aku bisa kembali jadi netizen. So, selama perjalanan ini, ini nomorku: +44-7716-373-334.

© 2024 Kuncoro++

Theme by Anders NorénUp ↑