Month: October 2016

Impermanence is The New Black

Memang gak seru punya blog berusia lebih dari 2 windu: khawatir tema yang sama ditulis berulang. Tapi sesekali OK lah. Ini dari entry tahun 2002: Impermanence, menampilkan culikan kisah dari Calvin & Hobbes :).

impermanence-1

Twitter dinyatakan stagnan, padahal aplikasi ini masih jadi de facto utility for publicized opinion & information. Tapi jutaan user baru lebih memilih Snapchat, yang ditampilkan hanya kepada user yang terbatas. Atau Instagram, yang tidak seleluasa Twitter. Plus kini ada Instagram Story yang tampaknya justru lebih sering diupdate daripada simpanan foto-foto keren di Instagram.

Banyak yang merasa kurang nyaman: Kenapa sih mereka lebih suka pakai Snapchat? Kenapa ide & kenangan ditampilkan cuma sekejab, lalu dibiarkan hilang? Bahkan dengan interaksi yang minimal. Kemana mereka akan lihat lagi kenangan-kenangan & ide-ide yang pernah membakar?

Tapi, Twitter pun pernah mengalami masa serupa. Ide dan interaksi macam apa yang bisa dieksplorasi dalam 140 kata? Komunikasi dangkal, informasi tak jelas validitas-nya, interaksi yang meleset dari konteks. Tentu. Tapi bukankah itu juga yang seharusnya bikin kita lebih arif. Arif memahami bahwa memang begitulah sebenarnya cara manusia berkomunikasi: penuh dengan pelesetan makna, misinformasi, letupan emosi, dan memerlukan kearifan yang berkembang (menjadi so-called kedewasaan). Juga, sebagai akibatnya, membuat kita juga arif mengelola komunikasi dalam media yang akhirnya kita sadari keterbatasnnya.

Jadi tidak relevan lagi celetukan: Kenapa tweeting, bukan blogging? Kenapa menulis blog, bukan artikel serius? Kenapa bekutat di artikel, bukan buku? Kenapa menerbitkan buku, bukan paper di jurnal ilmiah? Dan seterusnya. Dunia makin memaksa kita arif dengan media yang terbatas: ruang & waktu untuk membaca, ruang & waktu untuk menulis, ruang & waktu untuk berfikir.

Impermanence is the new black. Sudah bukan zamannya lagi untuk memaparkan informasi dan gagasan melalui media yang panjang dan permanen. Menulis rangkaian kata formal berbulan bulan untuk dibaca dalam waktu berhari-hari — sementara paradigma berubah setiap saat, dan waktu hidup kita serasa makin pendek — sudah mulai tak masuk akal. Di dunia ini, kita membiasakan diri untuk memanfaatkan media yang pendek, singkat, dan tak tersimpan, untuk membagikan kearifan kita. Di dunia yang sama, kita membiasakan diri untuk tak mensakralkan lagi gagasan kita, dan menganggapnya juga bagian impermanent dari diri kita. Dan tentu ini dunia egaliter, dimana tidak layak lagi menganggap influencing itu penting. Yang terjadi hanya saling merasakan denyut dinamika hidup, dan saling bergerak dalam irama tak sinkron, dan dengan demikian justru membentuk ruang hidup manusiawi yang makin berkualitas.

impermanence-2

Diri kita juga fana. Mirip si mawar dalam kisah si Pangeran Kecil. Tapi itu bukan tragedi. Justru di sanalah sisi perayaan makna kehidupan kita. Haha. Lupakan. Hiduplah.

IEEE Day 2016

IEEE Day diperingati setiap Selasa pertama di bulan Oktober. Konon, pada awal Oktober 1884 itu, para pioneer dan engineer di dunia kelistrikan berjumpa (konon termasuk Edison dan Tesla sendiri), dan memutuskan perlunya membentuk kolaborasi profesional. Kolaborasi itu kemudian mengerucut menjadi organisasi insinyur listrik Amerika atau AIEE. Di tahun 1912, sekelompok hacker membentuk organisasi IRE yang lebih berfokus pada rekayasa listrik untuk keperluan persinyalan, termasuk komunikasi radio. AIEE berfokus ke Amerika, dan IRE meluas ke mancanegara. AIEE didominasi kaum tua, sementara IRE diasiki engineer muda. Jumlah anggota IRE melampaui AIEE. Demi kemaslahatan profesi, akhirnya disusunlah penggabungan organisasi menjadi IEEE pada 1963. Logo IEEE merupakan gabungan dari layang-layang Franklin dari AIEE dan tangan kanan Ampère dari IRE. IEEE meluas ke seluruh penjuru dunia, dan mendalami teknologi pelopor, termasuk biomedical engineering, information theory, nanotechnology, dan seterusnya. Walau didirikan pada tahun 1963, namun IEEE melacak jejak sejarahnya sejak Selasa pertama Oktober 1884 itu.

Awal Oktober ini, kebetulan ada beberapa event di IEEE Indonesia. Jadi kami tak merasa perlu membuat event khusus untuk memperingati IEEE Day. Ini beberapa event IEEE yang aku hadiri sambil merayakan IEEE Day:

ieee-day-2016-v02


SERPONG: SCIENCE & TECHNOLOGY FESTIVAL

Science & Technology Festival diselenggarakan oleh LIPI di ICE Serpong, 03-05 Oktober 2016. Di dalamnya, tercakup delapan konferensi, dari mekatronika, informatika, kimia, dll. Dua diantaranya disponsori juga oleh IEEE, yaitu IC3INA dan ICRAMET. Sebagai bagian dari kegiatan ini, pada Selasa 04 Oktober, diselenggarakan workshop / seminar tentang Kolaborasi Riset & Publikasi Karya Ilmiah, diselenggarakan oleh Kemkominfo, LIPI, dan IEEE Indonesia. Aku menyampaikan paparan 3 jam, menampilkan peluang kerjasama riset & publikasi melalui komunitas profesional, plus prosedur penyelenggaraan konferensi internasional dengan sponsor dari IEEE.

14706736_10154557442689328_4188504795420539185_o

Presentasi & tanya jawab diakhiri foto bersama dengan latar belakang banner IEEE Day 2016.

img_0115


JAKARTA: IEEE LECTURE @ BINUS

Kamis malam, 06 Oktober, IEEE Indonesia Section menyelenggarakan IEEE Lecture di Bina Nusantara University, Jakarta. Aku memberikan paparan selama 2 jam, berjudul Collaborative Platform Architecture for Digital Experience. Peserta dari dosen, researcher, dan mahasiswa S2 / S3 di Binus University. Acara dibuka oleh IEEE Indonesia Section Vice Chair, Dr Ford Lumban Gaol – yang selalu gaol abezzzz.

screen-shot-2016-10-21-at-09_fotor

Berakhir pada pukul 21:00, kegiatan ditutup dengan foto bersama dengan latar belakang banner IEEE Day 2016.

enlight1


DENPASAR: ICSGTEIS & SMART CITY SEMINAR

International Conference on Smart-Green Technology in Electrical and Information Systems (ICSGTEIS) diselenggarakan Universitas Udayana dengan sponsor dari IEEE. Ide ICSGTEIS diprakarsai di FORTEI 2014, saat para dosen Teknik Elektro Universitas Udayana dan aku (mewakili IEEE Indonesia) memperbincangkan (secara informal) kesiapan Universitas Udayana menyelenggarakan konferensi internasional sendiri, plus dukungan ketat dari IEEE Indonesia.

ICSGTEIS 2016 adalah konferensi kedua dalam seri ini, diselenggarakan di Pantai Sanur, Bali, 06-08 Oktober 2016. Kebetulan aku hanya bisa hadir pada sesi workshop di hari ke-3, Sabtu 8 Oktober 2016. Workshop ini sepenuhnya dikelola oleh IEEE Udayana University Student Branch. Fokus workshop ini pada green technology, smart city, dan IoT. Aku menyampaikan keynote speech dengan judul Internet-of-Everything Architecture for Smart City.

14724656_10154577936189328_262998774950804198_n

Tentu kegiatan ini ditutup dengan foto bersama dengan latar belakang banner IEEE Day 2016. Tapi logo IEEE Day ada di kiri & kanan panggung. Kebetulan foto yang lengkap dengan logo ini belum aku terima. Yang ada dulu deh ya :). Oh ya, aku pakai batik dengan motif yang dinamai Batik Kuncoro. Periksa di Google deh.

img_0141

 

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑