Month: November 2002 (Page 2 of 6)

84992073

Cerita soal sufi, trus aku ditanya seorang cyberfriend, “Kenapa nggak meneruskan mendalami tasawuf?”

Itu masih cerita abad ke-20 :). Aku terus cerita flashback ke beberapa tahun sebelumnya. Di antara pesan-pesan sufi, ada satu yang terasa melekat dan terasa benar: “Kami, kaum sufi, menyelam di danau hakikat, sementara para nabi dan rasul pun hanya bermain-main di tepiannya.”

Memang benar, wacana kaum sufi selalu tentang esensi segala ilmu dan segala sesuatu, yang akhirnya saling berkaitan, membawa segalanya ke ketunggalan yang mengasyikkan; sementara para rasul hanya mengajak ke hal-hal praktis di kehidupan.

Itu yang akhirnya bikin aku nggak terlalu mengasyiki tasawuf. Kalau memang para rasul memberi contoh untuk hidup di tepian danau itu, aku memilih hidup di tepian saja. Hidup dalam realita yang mengalir, menghadapi berbagai keterbatasan kita apa adanya, dan merasakan detak nadi kehidupan.

Seorang cendekiawan muslim menulis di catatan hariannya: Masalahnya Muhammad (saw) itu seorang praktisi, bukan seorang filsuf.

Kalau beliau masih hidup, aku mau menjawab: hiduplah dalam kehidupan, jangan meninggikan falsafah kehidupan lebih dari kehidupan itu sendiri, dan itu yang dicontohkan Rasulullâh.

84992061

Konon kaum sufi, yang sudah mampu mempelajari ‘hakikat’, bisa melakukan berbagai keajaiban. Bukan mukjizat seperti para rasul, tetapi semacam karomah, atau tidak perlu seperti itu. Sekedar hal-hal yang buat orang awam tampak ajaib. Alkisah seorang sufi senior ditanyai seorang peminat sufism: “Bagaimana kaum sufi mampu melakukan berbagai keajaiban.”

Sang sufi senior mengingatkan si penanya, sebenarnya manusia memang punya potensi melakukan berbagai keajaiban. Manusia punya potensi untuk itu. Tapi keseharian hidupnya (yang manusiawi itu) mencegahnya untuk terus menerus bisa melakukan keajaiban. Kecuali, katanya, jika ia dalam keadaan terjepit. Seorang ibu yang anaknya terhimpit tembok yang runtuh bisa sekejab kuat mengangkat runtuhan tembok sampai anaknya keluar, kemudian ia tidak pernah lagi mampu mengangkat benda yang lebih dari beberapa belas kilogram.

“Memang sering dilaporkan insiden semacam itu. Tapi itu kan dalam keadaan terjepit. Tapi bagaimana kaum sufi dapat sering melakukannya?”, kejar sang penanya.

“Itu yang perlu kau pahami,” kata sang sufi, “Kami membiasakan diri hidup dalam posisi yang selalu terjepit.”

Zuhud, biasanya ditafsirkan sebagai sikap waspada dan menjaga diri dari melanggar nilai-nilai kehidupan. Tapi ada kaum yang sedemikian menjaga kezuhudan dalam bentuk kewaspadaan kritis, sampai hidupnya selalu ‘terjepit’, dan dengan demikian menimbulkan potensi keajaiban terus menerus.

Ini memang agak menjelaskan, bagaimana Nazaruddin bisa menurunkan hujan dengan mencuci baju.

Jenin

Seorang pekerja sosial berkebangsaan Inggris meninggal tertembak peluru Israel waktu sedang bekerja di kawasan pengungsi Palestina di Jenin. Tidak cukup hanya mengorbankan tenaga, dana, dan waktu yang seharusnya dipakai untuk bertemu keluarga dan kawan-kawan. Tidak cukup. Hidup pun harus dikorbankan buat ketamakan rezim zionist.

Dan untuk Mr Blair: Don’t you think that a British life is much much more valuable than the entire zionist regime?

84911285

Sila kontak juga kalau punya info tentang tempat jual album buat menyimpan koin di sekitar Bandung, atau setidaknya di kawasan ekonomi Indonesia. Koin-koin udah terbengkalai juga, soalnya albumnya udah kepenuhan. Please yach …

84911258

Ada sekitar tiga puluh pedang-pedangan dan pembuka surat di bagian bawah rak buku. Nyaris terlupakan, nggak pernah punya display planning sama sekali. Sampai sekarang juga nggak. Padahal aku perlu effort lumayan buat mengkoleksi benda-benda ajaib itu: memaksakan diri jalan ke toko-toko ajaib, mengambil resiko dapet masalah di bandara (mereka percaya bahwa teroris 9/11 cuma pakai pisau lipat), dan meluangkan waktu ikut lelang di Ebay dan Yahoo (sekarang Yahoo udah nggak buka lelang).

Barangkali satu slot buku di rak depan perlu diungsikan ke belakang apa ke kamar, trus slotnya dipakai buat display. Tapi displaynya kayak apa? Ditaroh di kaca-kaca tegak? Ditegakin di atas styrofoam?

Kalau ada yang punya ide, please kontak-kontak yach …

84887966

Mendung tebal yang menyelimuti puncak Tangkuban Parahu sampai kawasan Ujungberung perlahan menepi. Langit yang gelap mulai cerah lagi dengan bintang centil berkedipan. Sayang nggak ada yang kejar-kejaran: musim Leonid ‘dah berakhir. Aku pakai baju jeans penahan dingin. Tapi udara nggak dingin. Sekedar sejuk. Sejuk yang nyaman. Jalan lengang, kayak ngasih kesempatan kita buat menikmati traveling melintas trafik Bandung. Kemewahan yang sempurna — mana pernah trafik Bandung sesantai ini di bulan Ramadhan?

Malam 17 Ramadhan — malam yang terlalu sempurna.

84807453

Apa sih yang bisa memicu pikiran sebelum secangkir kopi itu boleh diminum? Cercah awan coklat keunguan di luar jendela menimbulkan ide yang menarik: Lohengrin. Opera Wagner kayak jadi kemewahan yang udah lama sekali nggak mengisi ruang.

Yeah, alam yang beku itu lagi. Dan dinamika yang dipaksakan bangkit dari kebekuan. Dan perenungan Elsa. Choir menyambung dengan elok, lirih, tapi mengarah apik ke dinamika yang pasti. Menguat. Menguat. Memuncak. Yeaaaaaaaaaaaaa.

Fiuh …. ke mana tadi tekanan darah yang menurun ?

What next ? Masih ada beberapa teka-teki di Exceptional C++ yang enak dibaca-baca sambil nunggu secangkir kopi itu.

84807443

Kalau dalam C klasik, notasinya: putchar(‘\a’); — cuman yang ini versinya sember amat: bjeaebpbpbp. Brisik amat sih, pikir aku tadi. Padahal aku cuman berhenti sebentar buat ngasih kesempatan seorang ibu berumur lanjut itu menyeberang jalan. Trus aku jadi berprasangka: kayaknya mobil di belakang tuh mau ke depan, tapi mencuri jalur kiri. Huh, udah mencuri jalur, bikin brisik pula.

Well, idealnya sih ini saat yang paling tepat buat menahan kesabaran. Syukurlah, sampai detik ini aku belum pernah bilang kalau aku orang ideal. Ho-ho-ho. Malah aku selalu berpikir kalau aku punya potensi jahat. Tapi potensi jahat pun harus digunakan buat bikin hidup jadi menarik, if you knew what I mean. Kalau mau jahat, jahatlah ke orang yang tepat, dan gunakan potensi kita sesadis mungkin.

Eh, ini Ramadhan, dan aku terikat komitmen buat menahan diri. OK, OK. Jadi aku berhenti berpikir waktu lampu udah merah. Trus melaju ke kiri. Merdeka. Biar aja si pencuri jalur nan brisik itu terjebak di sana. Life is not fair, moron.

84754065

Kadang aneh juga, di tengah bulan Ramadhan gini, masih suka tercium asap busuk rokok di kantor. Juga di jalan, beberapa mobil yang disopiri kaum moron masih suka melempar abu rokok ke luar jendela. Ajaib.

Waktu di Pusdikhub, aku pernah punya temen moron gitu. Nggak tahan dengan segala tekanan fisik, akhirnya dia memutuskan nggak berpuasa. “Daripada sakit, besok gue nggak puasa aja ah,” katanya.

Besoknya beneran dia nggak puasa, “Sakit,” katanya. Jadi waktu istirahat, dia masuk kamar buat makan. Terus … eh kok ada asap rokok.

“Kamu ngerokok?” tanya aku.

“Kan aku nggak puasa,” kata dia.

“Katanya sakit. Kok ngerokok.” tanya aku.

“Nggak pa-pa. Ngerokok nggak pa-pa kok,” kata dia menghindar.

Terserah deh. Tapi soal itu, dan soal-soal lain abis itu, bikin aku sama sekali nggak bisa menaruk respect ke dia.

« Older posts Newer posts »

© 2025 Kuncoro++

Theme by Anders NorenUp ↑