Nokia 5800

Beberapa bulan lalu, Mobile Monday mendiskusikan touch user interface dari Nokia. Sayangnya, jadwal hidup di Jakarta terlalu ketat, sehingga hal2 baik pun terlewat. Tapi tak apa. Bulan ini Nokia meminta bantuan untuk menguji — sebagai user — perangkat Nokia 5800. Nampaknya Nokia cukup mengunggulkan produk ini, seperti yang tampak dari berbagai display, iklan di majalah dan koran, brosur dan flyer, sampai dummy skala raksasa di gerai2 Nokia. Terminalnya ditajuki XpressMusic. Hmm, aku yakin pernah melihatnya sebagai XpressMedia. Mungkin perlu kita klarifikasi ke pihak Nokia.

Spec teknis Nokia 5800 bisa dengan mudah dicari di web. Tapi benar sekali kalau benda ini dinamai XpressMedia atau XpressMusic. Musiknya melampaui nyaris semua terminal Nokia yang aku pernah dengar. Dengan headset, suaranya hanya kalah sedikit dibandingkan iPod. Tanpa headset, suara stereonya sudah cukup menyemangati untuk ruang sebesar kamar mandi. Err, ya sih, aku mandi bawa terminal ini, sambil menyemangati diri dengan musik2 perang (antara lain). File MP3 tentu jalan. Tapi aku menyalin musik sebagai file MP4 dari iTunes melalui Bluetooth.

Sebagai XpressMedia, benda ini Mobile Web 2.0 sekali. Ambil gambar dengan kamera 3.2MP-nya (dengan auto focus yang bisa macro, dan lensa Carl Zeiss). Share langsung ke Flickr dengan menu yang tersedia. Atau share video yang kita rekam ke account Ovi. Bermain web juga menyenangkan. Sebagian karena interface yang memudahkan (mode virtual keyboard qwerty, miniqwerty, DTMF-style, atau … errr  … stylo of tulis tangan). Sebagian juga karena aplikasi2 web masa kini memang sudah dibuat ramah untuk kebutuhan mobile :). Space 8GB dalam bentuk MicroSD membuat tidak khawatir sering2 mengambil foto maupun video, biarpun sekian seri opera Wagner sudah dibenamkan juga ke dalamnya. Kalau kurang, bisa upgrade sendiri ke 16GB. Space sekian cukup buat backup file2 dari komputer — pura2 flash drive :). Via Bluetooth tentu.

Satu yang mulai bikin aku adiktif adalah GPS yang dilengkapi peta. Kebiasaan lama bahwa di negeri mana pun aku cenderung jadi penunjuk jalan (termasuk di Spanyol yang aku nggak tahu sepatah pun bahasanya). Nah GPS ini membantu sekali. Bisa buat nunjukin jalan ke taxi driver Jakarta yang kadang nggak tau jalan (Ke Wetiga misalnya), bisa buat perkiraan jarak (dan waktu tempuh). Satu anomali tampil, bahwa saat peta terpampang aktif, virtual keyboard kita hilang, kalau diset di miniqwerty. Setting lain, baik2 saja. Routing, OK juga. Cuman yang ini aku jarang pakai :).

Akses internet bisa memanfaatkan WiFi, dan suite GSM (GPRS, UMTS, HSPA). Tapi kecepatan tinggi membuat kita harus berhati2 memilih paket data selular. Aku pakai Xplore tanpa paket; dan tak lama sudah overkuota pulsa, padahal aksesnya tersendat. Sekarang diisi kartu Halo. Syukurnya sudah cukup banyak akses WiFi gratis di Jakarta. Jadi bisa berfoya2 membuat gambar atau video dan langsung upload ke Flickr atau Ovi. Syukur rumah juga sudah dilengkapi WiFi tersambung Speedy keren unlimited. Ini terminal jadi hampir nggak pernah mati. Browser Nokia kali ini sudah cukup menarik, tanpa perlu Opera Mini lagi. Resolusi 640×360 membuat view yang lega. Web feed juga bisa diset otomatis, dengan option yang menarik (misalnya set baca feed setiap sekian waktu hanya kalau ada akses WiFi).

Hmm, cerita apa lagi ya. Aku udah terbiasa dengan smartphone sejak Flexi belum diluncurkan, sejak XDA dan Xphone versi awal. Dan biasanya aku akan mulai benar2 menikmati sebuah platform waktu aku udah punya kebebasan untuk mengkoleksi aplikasi yang gue banget, serta membangun aplikasi sendiri di atasnya. Tanpa itu, terminal dilabelin harga belasan juta pun jadi nggak menarik. So, ini langkah berikutnya :). Bersambung lagi ah :).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.