Gemadro

gemadro.jpgUndangan kali ini datang melalui telepon. Jadi Senin malam itu (beberapa minggu yang lalu) aku menculik Jeffrey untuk melupakan kantor dan datang ke Starbucks BIP. Ada dua lagi yang coba aku culik sih, tapi kelihatannya mereka nggak bisa melupakan kantor :). Acaranya perkenalan produk untuk holiday session peiode ini. Tapi kayaknya bukan sekedar perkenalan, kalau kita lihat bahwa malam itu meja kecil kami jadi penuh berisi belasan gelas kecil dan dua gelas besar yang semuanya bisa dikosongkan tepat waktu :). Dan tentu tidak setetespun yang dekaf :). Suasananya serba merah, kecuali Kartu Undangannya yang berbentuk pohon dan berwarna hijau (kartu diambil di tempat).

Minggu berikutnya, bearista (sebelum pada jadi beruang, namanya barrista) kita bertelepon lagi. Kali ini bercerita tentang Black Apron terbaru. Barangkali dia ingat bahwa aku selalu memuji Black Apron edisi sebelumnya: Kopi Kampung dari Sapan dan Minanga di Sulawesi itu. Jadi dia nggak pingin aku ketinggalan rilis yang ini: Ethiopia Gemadro Estate. Aku culik Yani untuk menemani mengambil benda ajaib ini (cuman disuap secangkir latte sahaja). Sekalian Yani bernostalgia tentang Starbucks di Changi tempat dia sering ketiduran waktu belajar malam2, sampai pagi.

Nice try, Starbucks. Tapi Gemadro belum bisa mengalahkan Kopi Kampung. Memang sih, rasanya masih mengesankan. Beda dengan edisi Ethiopian Sidamo. Lebih mirip edisi Rift Valley. Pas untuk mulai mengisi pagi2 di Bandung yang nyaris mulai selalu kelabu ini dengan sedikit nuansa cerah dan optimisme.

Aku nggak pernah bercita2 jadi evangelist kopi sih :). Tapi memang kadang terlalu semangat kalau sedang berkisah tentang kopi. Itu kali sebabnya para bearista betah punya tamu kayak aku. Tapi, seperti yang Mas Budi Putra bilang, kopi aku nikmati bukan cuma dari rasanya, tetapi dari suasananya: pemandangan di sekitarnya, kehangatan persahabatan, dan kisah2 menarik yang terakumulasi sebagai latar belakang semuanya.

Dan tulisan ini disusun sambil ditemani segelas … teh oolong. Tanpa gula, tentu.

9 Replies to “Gemadro”

  1. Rift Valley dunk, bilangin si bear ada yg desperately nunggu bertahun-tahun. Sidomulyopun kalah ama yg satu itu.

  2. Wewww… ada yang ngomongin kopi ~o) monitor ahH..! pengen banget deh blog nya koen kasi space yang besar buat urusan kopi mengkopi dan dibaca masyarakat pencinta kopi… inget kopi inget kun.co.ro ok koen?!? ok dong ah \:d/

  3. Kopi itu soal rasa dan itu pasti subjektiv. syukur saya mah masih bisa nikmat dengan Kapal Api Mix yg gope-an.

  4. AAaaaa.. kopiii….
    Untung mas Koen masih bisa minum teh. Kalau enggak nanti aku cubit, ya? LOL. :-D

  5. @1: Aku rasa mereka memang mirip beruang yang baik hati.
    @2: Rift Valley, certainly. Tapi Sidomulyo punya aroma dan rasa yang tak tergantikan kopi lain.
    @3: I’ll do my best.
    @4: Da’wah kopi? Nggak deh. Emang gue Rhoma yang da’wah dangdut.
    @5: Kapal Api sih OK. Tapi kopi yang mix? Uwwwww.
    @6: Sorry ya, bukan lupa ngajak. Tapi malam itu aku cuman inget ngajak para maniak kopi.
    @7: Loh, konteksnya apa?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.