Feynman

Waktu Feynman bertanya ke Schwarz (Berapa dimensi kamu hari ini?), sebenernya dia nggak ngece-ngece amat. Emang bawaannya aja. Tapi setidaknya, dia termasuk minoritas fisikawan besar — bersama Murray Gell-Mann yang mau hadir di seminar Schwarz itu. Dan waktu itu pun sudah jarang Gell-Mann dan Feynman bisa hadir dalam sebuah acara bersama2, nerusin acara cela2an berdua yang beberapa tahun sebelumnya sudah jadi kelaziman (sambil masuk ke acara Schwarz itu, Gell-Mann menyebut nama kota Montreal dengan lafal yang tepat seperti penduduk Montreal, i.e. Mon-ray-al, tapi Feynman berkeras belum pernah mendengar nama kota kayak gitu). OK. aku emang lagi doyan berseliweran kalo nulis weblog. Sorry.

Jadi itu beberapa tahun sebelum Schwarz ngetop di luar kelompok fisikawan yang terbatas itu. Feynman sendiri termasuk yang paling doyan main2 dengan spekulasi fisika dan matematika. Waktu di SMA, dia belajar kalkulus. Menghitung turunan pertama sebuah fungsi, turunan kedua, turunan ke n, dan mengambil suatu pola. Terus dia mikir: gimana kalau ada turunan kesetengah? Atau semacam itu. Jadi sesuatu yang mentransformasi sebuah fungsi, dan kalau ditransformasikan lagi menjadi turunan pertama dari fungsi itu. Ide itu baru dikerjakan waktu Feynman benar-benar menguasai kalkulus di universitas. Dan benar-benar terpakai waktu proyek Los Alamos.

Soal dimensi sendiri sering jadi bahan permainan Feynman. Apa yang terjadi kalau dunia ini cuma dua dimensi? Dia turunkan formula2 fisika ke ruang dua dimensi, dan mendapati bahwa spektrum atom2 itu jadi menarik sekali. Terus gimana kalau … bukan cuman ruang yang dipakai bermain … tapi juga waktu. Gimana kalau waktu bukan cuma 1 dimensi, tapi juga dua dimensi. Waktu bukan cuma depan dan belakang (soal waktu maju mundur, sila baca catatan-catatan sepanjang awal 2001), tapi ada semacam kiri dan kanan juga :). Apa yang terjadi pada hukum fisika?

Lalu Feynman berkisah tentang si sohibnya yang dikagumi tapi suka diajak bertengkar itu, tanpa menyebut nama. “Ada seseorang yang pernah mencoba berpikir: apa jadinya kalau partikel di dunia ini cuman tiga. Eh, terjadi inkonsistensi, misalnya pada K-meson. Jadi dia berpikir: apa jadinya kalau ternyata angka muatan itu tidak harus bilangan bulat?” Dan tepat itu lah yang bikin Gell-Mann jadi ilmuwan kelas dunia: kuark.

Leonard Mlodinow, waktu masih ragu memulai kerja sama dengan Schwarz, menanyakan ke Feynman: “Gimana pendapat Anda kalau saya memulai proyek yang kata orang omong kosong?”

Feynman menjawab: “Satu syaratnya.”

Mlodinow penasaran: “Apa itu?”

Feynman: “Bahwa menurut kamu itu bukan omong kosong.”

One Reply to “Feynman”

  1. […] aku cerita sekaligus tentang Gell-Mann dan Feynman? Oh, ternyata pernah. Ada satu buku Gell-Mann (“Kisah Kuark dan Jaguar”) di rak bukuku, dan beberapa Feynman […]

Comments are closed.